LBM Eijkman: Istilah Berdampingan Lebih Tepat Dibanding Berdamai dengan Corona

LBM Eijkman: Istilah Berdampingan Lebih Tepat Dibanding Berdamai dengan Corona

Nur Azizah Rizki Astuti - detikNews
Kamis, 21 Mei 2020 03:40 WIB
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Ejikman Prof Amin Soebandrio
Kepala LBM Eijkman Prof Amin Soebandrio (Foto: Citra Nur Hasanah/20detik)
Jakarta -

Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman menyatakan virus Corona tidak akan hilang dari muka bumi dalam waktu yang lama. Karena itulah, istilah berdampingan lebih tepat digunakan daripada berdamai dengan virus itu.

"Pertama saya lebih sependapat kalau kita menggunakan istilah berdampingan. Artinya berdampingan itu ya kita bisa aja musuhan sama siapa, tapi jalan bersama-sama itu bisa. Tapi kalau damai, ya itu istilah aja sih, tapi mungkin dari sudut virologi, istilah berdampingan itu lebih dapat dipraktikkan ya," kata Kepala LBM Eijkman Prof Amin Soebandrio dalam acara d'Rooftalk yang tayang di detikcom, Rabu (20/5/2020).

Prof Amin mengatakan umat manusia punya sejarah dan pengalaman hidup berdampingan dengan mikroba lain, seperti virus influenza, HIV, maupun demam berdarah. Menurutnya, yang perlu dilakukan adalah mengenali virus tersebut untuk bisa mencegah penularannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi istilah berdampingan dengan patogen itu bukan hal yang baru. Sekarang ini virus Corona-nya yang baru, walaupun sebelumnya coronavirus itu bukan baru kan ya, sudah lama ada cuma reservoirnya ada di hewan sebagian besar. Baru coronavirus ini yang saat ini yang SARS Cov-2 ini yang bisa 'berhasil' ya dari sudut virusnya, menyerang hampir seluruh negara di dunia ini. Dulu SARS coronavirus pertama kan terbatas," jelas Prof Amin.

"Jadi saat ini tugas kita semua, semua profesi di bidang kesehatan untuk mencermati betul secara lengkap perilaku virus ini sehingga kita pertama tidak bisa mengharapkan dia akan musnah 100 persen dari muka bumi ini. Dia akan tetap ada, cuma ya itu, kita berdampingan, jangan... kita nggak ganggu dia, dia nggak ganggu kita. Ibaratnya begitu," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Karena Corona adalah virus baru, menurut Prof Amin, manusia harus menyesuaikan dan hidup lebih baik agar tidak tertular. Penerapan normal yang baru atau new normal menurutnya adalah penyesuaian dengan memahami perilaku virus Corona.

"Saya melihat dari sudut mikrobanya, pertama tidak bisa mengharapkan virus itu akan lenyap dari muka bumi ini dalam waktu yang singkat, tapi kita bisa mengurangi angka kesakitan dan juga angka kematian. Dan tentunya tidak ada yang mau menjadi korban kan, sekalipun dia usianya lanjut. Jadi dengan memahami perilaku si virus itu, kita tinggal menyesuaikan diri. Itu yang akan menjadi 'new nornal' tadi," ujar Prof Amin.

Lebih lanjut, Prof Amin juga menyinggung soal herd immunity yang menurutnya seharusnya dilakukan secara artifisial dengan vaksin. Ia mengatakan herd immunity yang dilakukan tanpa vaksinasi akan berbahaya.

"Jadi herd immunity itu maksudnya sebetulnya herd immunity yang dibuat secara artificial, artinya dengan vaksinasi. Tapi sekarang ini yang beredar banyak kalau herd immunity yang diciptakan secara natural, artinya orang memang diterjunkan ke dalam kancah peperangan itu supaya terkena, menjadi proses seleksi yang ini kemudian tidak diinginkan oleh berbagai pihak, termasuk WHO juga menyatakan ini satu pendekatan yang berbahaya," ungkap Prof Amin.

"Kalau saja vaksin itu sudah ada, tentunya kita bicaranya lain. Semua orang kalau bisa diimunisasi sehingga memiliki kekebalan yang minimum harus dimiliki. Tetapi kalau belum ada vaksin, ya kita berharap bahwa ada populasi tertentu yang memang secara natural tidak terlalu peka terhadap infeksi virus ini," imbuhnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads