Musibah Covid-19, Fitnah atau Bala

Kolom Ramadhan

Musibah Covid-19, Fitnah atau Bala

Abdurachman - detikNews
Rabu, 20 Mei 2020 20:02 WIB
Prof Abdurrachman, Guru Besar Unair
Foto: Dokumen pribadi
Jakarta -

Awal Februari 2020 Tedros Adhanom Ghebreyesus, Dirjen Orgnisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Covid-19 darurat global. Pada 11 Maret dinyatakan sebagai pandemi. Covid-19, sindrom pernafasan akut parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2) telah menjadi wabah bagi dunia. Sepakat seluruh dunia menilai wabah ini sebagai musibah bagi penduduk bumi. Lalu, apakah musibah ini bernilai fitnah atau bala?

Musibah Sebagai Bala

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rasulullah Ibrahim as. dan putranya Ismail diperintah Allah swt. melakukan aktifitas yang belum mudah dilogika. Ibrahim diperintah untuk menyembelih Ismail. Perintah yang belum pernah terjadi pada masa beliau. Peristiwa yang belum pernah ditugaskan kepada para rasul sebelum Ibrahim as. Luar biasa berat!

ADVERTISEMENT

Ibrahim as. adalah Nabi dan Rasul Allah, sedangkan Ismail adalah putra Beliau. Ismail terkenal sangat sabar.

Umat Islam sangat paham kalau semua Rasul Allah swt. bersifat maksum, terjaga dari berbuat keliru. Demikian juga Ibrahim as. dan putranya.

Namun, mengapa dua orang tersebut menerima perintah yang secara logika 'awam' merupakan musibah. Ialah peristiwa yang menimpa dan bersifat tidak menyenangkan? Apa kiranya kekeliruan yang telah diperbuat oleh beliau berdua?

"Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ucap Ibrahim as. kepada putranya.

Ismail menjawab, "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu."

Terbaca dari dialog di atas kedua orang yang saling mematuhi dengan penuh kesabaran terhadap perintah, "berupa" musibah yang sangat besar.

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya).

Maka dipanggillah, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu!"

"Sesungguhnya ini benar-benar suatu bala (ujian) yang nyata".

Seluruh informasi di atas dapat dirujuk melalui QS. 37:102-106.

Nabi Ibrahim as. dan Ismail menerima musibah yang berupa bala dari Allah swt. Bala, menguji Ibrahim as. dan putranya demi meningkatkan kualitas keimanan para beliau. Keimanan yang mampu mengungkit Ibrahim as. kepada kedudukan sebagai khalilullah (kekasih Allah swt.) dan Ismail as. menjadi Rasulullah yang akhyar (terbaik) (QS. 38:47).

Musibah Sebagai Fitnah

"Dan peliharalah dirimu dari fitnah (siksaan) yang tidak khusus menjadi musibah (menimpa) orang-orang yang zalim saja di antara kamu" (QS 8:25), demikianlah nasehat Allah swt kepada orang-orang beriman demi keselamatan mereka.

Orang-orang beriman diperintah untuk tetap konsisten berlaku shaleh, beramal baik karena Allah. Beramal shaleh ialah melakukan kebaikan sesuai petunjuk al-Quran dan al-Hadits, mengajak dan menganjurkan orang lain berbuat baik. Termasuk beramal shaleh adalah menghalangi, melarang siapa pun melakukan kezaliman. Karena jika diam tidak melarang, maka diam itu dinilai menyetujui kezaliman yang dilakukan oleh siapa pun, sekelompok orang bahkan oleh suatu negara.

Dari ayat di atas terbaca bahwa musibah bisa bermakna sebagai siksa jika itu ditimpakan kepada orang-orang yang zalim.

Orang-orang zalim adalah mereka yang tidak bisa menempatkan sesuatu pada porsi yang sesuai, salah satunya ketidak-adilan. Keberlangsungan hidup di dunia, ketenangan, kedamaian, keharmonisan bisa berlanjut bila penduduk bumi memelihara keadilan. Terutama keadilan terhadap masyarakat luas. Ini pasti berkaitan dengan tegaknya hukum, nasional terlebih internasional.

Kezaliman bisa berupa perkawinan sejenis. Laki dengan laki, perempuan dengan perempuan. Peristiwa ini pertama muncul pada kaum Nabi Luth as. Beliau dan orang-orang yang beriman diselamatkan oleh Allah swt. Sedangkan mereka yang zalim dibinasakan melalui musibah timpukan batu yang mematikan (QS 54:34).

Pada jaman Nabi Syu'aib as. orang-orang zalim melakukan kecurangan di dalam menakar dan menimbang. Mereka dibinasakan dengan siksa berupa suara yang mengguntur. Mereka mati bergelimpangan di rumahnya (QS 11:94).

Perilaku zalim yang lain adalah congkak. Dari congkak timbul sikap meremehkan bahkan menghina orang lain. Kecongkakan bisa menyampaikan kepada tindakan semena-mena terhadap orang atau kelompok orang yang dihinakan. Memberlakukan hukuman keji terhadap mereka, mengekang hak-hak mereka, bahkan hak menjalankan ibadah agama.

Kecongkaan tertinggi pernah dipraktekkan oleh Fir'aun dan balatentaranya. Fir'aun memperbudak Bani Israil, membunuh bayi laki-laki dan membiarkan hidup bayi-bayi perempuan mereka. Kondisi demikian mengundang datangnya musibah yang berniai fitnah. Fir'aun dan balatentaranya dikubur di laut merah (QS. 2:50). Musibah bagi mereka bernilai fitnah, azab dan siksa.

Musibah bisa mengenai orang baik dan buruk. Hanya saja bagi orang-orang yang baik musibah itu bernilai bala untuk mengungkit derajat kedekatannya kepada Tuhan. Sedangkan bagi orang yang zalim ia bernilai siksa membinasakan.

Betapa pun covid-19 menjadi musibah bagi seluruh penduduk bumi, kita berupaya dan memohon agar Allah swt. menjadikan kita tergolong sebagaimana Ibrahim as. dan putranya. Dengan begitu musibah Covid menjadi jalan bagi kita lebih dekat kepada Tuhan, lebih bertakwa kepadaNya. Hidup shaleh di dunia atau tetap 'hidup' sebagai syuhada.

"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (syahid, bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya" (QS 2:154).

Abdurachman

Guru Besar FK Universitas Airlangga dan Takmir Masjid FK Unair

*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel merupakan tanggung jawab pengirim.

(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads