Menjadi Muslim yang Beruntung

Kolom Ramadhan

Menjadi Muslim yang Beruntung

Hadiqun Nuha - detikNews
Rabu, 20 Mei 2020 13:54 WIB
Hadiqun Nuha
(Ketua Bidang Keagamaan dan Pluralisme DKN Garda Bangsa, Pengurus PP Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama)
Foto: Dokumen pribadi
Jakarta -

Imam Ghozali (1058-1111 Masehi) memberikan beberapa kategori seorang Muslim. Kategorisasi yang dilakukan ulama dengan gelar Hujjatul Islam ini ada tiga jenis, yaitu, muslim yang selamat (مسلم سالم), muslim yang untung (مسلم رابح) lalu yang terakhir adalah muslim yang rugi (مسلم رابح).

Yang dimaksud dengan muslim yang selamat adalah seorang muslim yang selalu menjalankan kewajiban-kewajiban (فرض) yang diperintahkan oleh Allah SWT. Beberapa jenis ibadah itu seperti ibadah sholat, puasa, zakat dan naik haji bagi yang mampu secara fisik dan finansial. Selain itu seorang muslim selamat, senantiasa berusaha menjauhi larangan-larangan (حرام) yang ditetapkan oleh Allah SWT seperti mencuri, berbohong, korupsi, serta merekayasa keadaan untuk keuntungan pribadi

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun muslim yang beruntung adalah mereka yang tidak hanya menjalani perintah fardhu Allah SWT dan menjauhi apa yang dilarang (keharaman) oleh Allah SWT. Lebih dari pada itu seorang muslim yang beruntung adalah mereka yang istikamah berusaha menjalankan ibadah-ibadah sunnah yang telah diajarkan Nabi Akhir zaman Muhammad SAW.

ADVERTISEMENT

Banyak ajaran sunnah yang perlu diamalkan seorang muslim diantaranya: Sholat sunnah seperti sholat dhuha, sholat rawatib, sholat tahajjud), puasa sunnah, seperti puasa senin-kamis, puasa ayyamul abyad (hari-hari putih yaitu puasa pada pertengahan bulan-bulan hijriah pada saat rembulan bulat sempurna) atau puasa Daud (sehari puasa sehari berbuka). Perilaku sunnah lainnya yaitu sedekah di luar sedekah wajib (zakat fitrah, zakat maal/harta dan zakat tijaroh/barang dagangan).

Adapun muslim yang rugi adalah seseorang yang justru meninggalkan kewajiban-kewajiban yang ditetapkan oleh Allah SWT dan melakukan segala larangan-larangan Allah SWT. Kerugian seorang muslim semakin lengkap apabila tidak peduli dengan ibadah-ibadah sunnah yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Sebagai muslim, kita tentu ingin masuk kategori yang kedua, salah satu usaha yang bisa kita lakukan saat bulan Romadhon yang mulia ini adalah dengan memperbanyak sedekah sunnah seperti memberi makan kepada tetangga, sanak dan saudara, memberi buka puasa bagi orang-orang yang berpuasa. Usaha meningkatkan ibadah sunnah yang lain bisa dengan berbagi sesuatu yang dibutuhkan oleh umat di sekitar kita.

Caranya bisa bermacam-macam, memberikan pada orang membutuhkan berupa pakaian, tempat tinggal bahkan mengambil sebagian porsi rejeki uang/harta kita kepada mereka yang membutuhkan. Menggerakkan organisasi dan komunitas tempat kita bernaung untuk berbuat langkah nyata menolong sesama, dan berbagai tindakan manfaat lainnya.

Imam Ghozali bahkan dalam kitabnya Bidayatul Hidayah memberikan penekanan kepada umat Islam bahwa ibadah sunnah yang bersifat sosial sebagaimana sedekah sunnah di atas lebih utama nilainya dibandingkan dengan ibadah-ibadah sunnah lain yang kita kerjakan. Bahwa suatu ibadah yang memiliki muatan sosial akan memberikan kesenangan dan kebahagiaan ke dalam hati manusia lainnya.

Perilaku sunnah yang membahagiakan orang lain itu sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA dan termuat dalam kitab Jami' Shoghir

احب الاعمال الى الله بعد الفراءض ادخال السرور على المسلم.

"Amal yang paling disukai oleh Allah SWT setelah amal-amal fardhu adalah memberikan kebahagiaan terhadap muslim lainnya."

Anjuran ibadah Sunnah seperti yang digambarkan oleh Imam Ghozali semakin relevan untuk diamalkan setiap muslim di masa pandemik corona seperti saat ini. Krisis multidimensi akibat wabah global ini, perlu ditangkap oleh setiap umat muslim. Mengerahkan daya akal, pikiran dan harta yang dimiliki untuk berbagi terhadap saudara sebangsa yang terimbas wabah mematikan asala Kota Wuhan, Provinsi Hubei China ini.

Nabi Muhammad SAW bahkan menegaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA

باكروا بالصدقة فإن البلاء لا يتخطى الصدقة

"Bersegeralah kalian semua untuk sedekah karena bala' (wabah) tidak akan melewati sedekah kita."

Dari hadits tersebut bisa dimaknai bahwa selama kita masih melakukan sedekah maka bala' (penyakit/wabah) tidak akan mendahului sedekah kita. Melihat perkembangan wabah global yang hingga saat ini belum ditemukan vaksinnya maka sudah seyogyanya kita harus bahu-membahu, bergandengan tangan melawan virus itu dengan formula antivirus yang sudah diajarkan agama kita yakni dengan memperbanyak sedekah. Harapannya situasi krisis yang disebabkan COVID-19 ini segera berakhir, tentu atas izin Allah SWT harapan itu sangat mungkin terjadi.

Kita tidak perlu khawatir dengan harta yang telah kita sedekahkan akan berkurang, justru Allah SWT akan melipatgandakan harta yang kita sedekahkan dan diberi pahala yang besar oleh-Nya, sebagaimana disebutkan dalam surat An-nisa ayat 40:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ ۖ وَإِن تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِن لَّدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا

"Bahwa sesungguhnya Allah tidak menzalimi (hamba-Nya) walau sebesar biji zarrah, justru apabila ada kebaikan mekipun sebesar biji zarrah maka Dia akan melipatgandakannya dan Dia memberikan pahala yang besar untuk kebaikan tersebut."

Ramadhan tinggal beberapa hari lagi, belum tentu umur kita akan sampai pada bulan Ramadhan tahun depan. Mari kita berusaha untuk menjadi muslim yang beruntung seperti yang digambarkan oleh Imam Ghazali. Gerakan derma bersama dengan umat Muslim yang lain. Menjemput senyum sumringah para umat yang kesusahan terimbas wabah ini.

Sebagai seorang Muslim kita harus mengimani bahwa dalam setiap musibah wabah, ada jutaan hikmah kebaikan di dalamnya. Jangan sampai musibah wabah yang hadir hingga bulan suci Ramadhan ini justru menjadikan kita muslim yang rugi.

Semoga kita terhindar dari tindakan menjauhi segala kewajiban-Nya dan malah melakukan apa yang dilarang-Nya, dan mengabaikan ibadah-ibadah sunnah-Nya. Muslim yang rugi hanya akan menyesal di hari akhir nanti, dia akan merengek untuk dikembalikan ke alam dunia karena penyesalan atas apa yang diperbuat di alam dunia. Wallahu'alam bi ash sowab.

Hadiqun Nuha

Ketua Bidang Keagamaan dan Pluralisme DKN Garda Bangsa, Pengurus PP Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama.

*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab pengirim.

(erd/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads