Penutupan seluruh Lembaga Konservasi (LK) di Indonesia untuk menghindari penyebaran virus COVID-19 telah memunculkan isu satwa kelaparan akibat kehabisan pakan. Faktanya, meskipun telah ditutup pemeliharaan terhadap satwa di LK tetap dilakukan. Mulai dari pemberian pakan, pemeriksaan kesehatan hingga menjaga kebersihan lingkungannya.
Ketua Umum PKBSI Rahmat Shah mengatakan dalam mendukung upaya pemerintah dalam memutus rantai penyebaran COVID-19 dengan menutup seluruh LK di indonesia sejak Maret 2020. Penutupan ini jelas berdampak bagi pengelola LK yang selama ini mengandalkan biaya pengelolaan satwa dan karyawan dari tiket masuk pengunjung.
Namun selama penutupan, keeper satwa masih tetap bekerja seperti biasa merawat satwa. Begitu pula dokter hewan tetap melakukan pemeriksaan kesehatan satwa untuk menjamin kesejahteraannya. Dirinya pun berharap pandemi ini tidak berkepanjangan karena sebagian LK hanya mampu bertahan hingga bulan Juli 2020.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
LK juga berkomitmen dan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kesejahteraan hewan. Apalagi LK anggota PKBSI banyak menerima titipan satwa dilindungi. Untuk itu, Rahmat Shah masih sangat mengharapkan perhatian dan dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk membantu LK, sebagaimana yang telah dilakukan pada saat ini.
"Di tengah keterbatasan anggaran dan bahan baku pakan, saat ini telah diterapkan Metode Allometric Scaling dalam pemberian pakan dengan menghitung kebutuhan nutrisi setiap individu satwa. Beberapa pakan diganti jenisnya dengan nutrisi yang tetap sama," ujar Rahmat dalam keterangan tertulis, Jumat (15/5/2020).
Rahmat Shah juga berinisiatif mengajak masyarakat luas untuk ikut peduli satwa di LK dengan membantu program donasi 'Food for Animal'. Seluruh hasilnya akan disalurkan kepada LK yang benar - benar membutuhkan pembiayaan pakan satwa dan obat obatan selama masa pandemic COVID-19 ini.
"Tentu kami akan mempertanggungjawabkan seluruh donasi masyarakat secara transparan. Termasuk menyeleksi LK yang sangat membutuhkan bantuan. Baik selama masa pandemi maupun masa recovery pasca pandemi ini," ungkapnya.
Di sisi lain, Direktur Jenderal KSDAE, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno mengatakan Lembaga Konservasi umum di Indonesia seperti Kebun Binatang, Taman Satwa dan Taman Safari yang telah mendapatkan izin dari KLHK sebanyak 81 unit.
Dengan jumlah koleksi satwa lebih dari 66.845 individu baik karnivora, herbivora, burung dan ikan, penutupan LK mempengaruhi operasional dalam mencukupi kebutuhan pakan dan obat obatan.
"Untuk membantu mereka, KLHK telah mengalokasikan pakan dan obat obatan bagi LK yang membutuhkan. Tidak hanya dukungan pakan dan obat obatan, KLHK juga memberikan dukungan melalui kebijakan," ucap Wiratno.
Ia juga menegaskan tidak ada LK yang mengorbankan satwa koleksinya untuk dijadikan pakan satwa lain. Pada dasarnya satwa yang ada di LK merupakan satwa milik Negara. Dengan demikian, apabila akan dilakukan pemindahan ataupun pengurangan satwa untuk kebutuhan pakan satwa lain harus izin terlebih dahulu dan mengikuti proses ketentuan regulasi yang berlaku.
KLHK juga tekankan kepada pengelola LK adalah untuk memodifikasi pakan untuk satwa baik frekuensinya maupun jenisnya tapi jangan sampai mengurangi nutrisi kebutuhan satwa, kesejahteraan satwa di LK tetap yang utama.
"Demikian pula, untuk beberapa LK sedang dilakukan kajian kemungkinan pelepasliaran beberapa satwa yang secara Kesehatan layak untuk dilepasliarkan ke habitatnya. Tentu saja setelah kondisi transportasi memungkinkan," pungkas Wiratno.
(ega/ega)