Apakah ajaran Islam sebatas di mimbar? Untaian kata-kata dalam mengajak kepada kebaikan serta mencegah kemunkaran? Atau ... boleh jadi anggapan sekadar produksi jargon dan propaganda kebaikan tanpa menyentuh permasalahan?
Apabila pertanyaan ini diberikan kepada penulis, seluruh pertanyaan tadi akan mudah tersapu terpatahkan. Setidaknya, itulah yang ditemukan dalam penelitian dan observasi partisipan penulis terhadap sejumlah komunitas dakwah generasi muda di Bandung Raya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Obyek penelitian peneliti adalah Kopdar Masjid BDG Raya dan segala derivasi-nya, terutama medium computer mediated communication (CMC) berupa WhatsApp Group (WAG). Kopdar Masjid BDG Raya memiliki singkatan Kopi Darat Masjid Bandung Raya, yakni komunitas informal beranggotakan sejumlah aktivis muda masjid, baik skala masjid jami' atau bukan, serta yang populer dan tidak, di kawasan Bandung Raya terutama dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat/KBB, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung.
Inisiator utama komunitas ini adalah aktivis pemuda masjid empat masjid jami populer di Bandung Raya/Kota Bandung. Yaitu Masjid Salman ITB Jl Ganesa No 7, Tamansari, Kota Bandung, Masjid Darut Tauhid (DT) Jl. Gegerkalong No 38, Setiabudi, Kota Bandung, Masjid Trans Studio Mall (TSM) Bandung Jl Gatot Subroto, Cibangkong, No 289, dan Masjid Al-Lathiif Jl Saninten No 2, Cihapit, Kota Bandung.
Hasil penelitian awal menunjukkan, terutama di masa pandemi Corona ini, wajah Islam melalui generasi muda-nya justru kian teguh menunjukkan kontribusi nyata-nya di lapangan. Tak sekadar dibahas dalam kajian, tapi juga disertai aksi riil.
Misalnya yang dilakukan member Kopdar seperti Masjid Lautze 2 dan Masjid Manunggal Sadang Hegar. Keduanya aktif memberikan santunan dalam bentuk makan siang hingga sembako baik untuk jamaah terdampak/masyarakat umum.
Mengandalkan jejaring pertemanan luas dari kedua Ketua DKM masjid tersebut, aktivisme Islam dengan gesit diberikan kepada mereka yang menggantungkan pendapatan harian, seperti tukang becak, ojek online, tukang sapu jalanan, dan banyak lagi.
Ada pula aktivis dakwah yang mengajak berpartisipasi dalam penggalangan dana untuk membuat bilik sterilisasi (disinfektan) untuk masjid senilai Rp1,5 juta yang diunggah 24 Maret lalu. Postingan inspiratif semacam ini kemudian menggulirkan berbagai aktivisme dakwah terkait Corona lainnya, seperti dilakukan Masjid Salman ITB yang melampaui kebiasaan.
Yakni ajakan donasi berupa beramal dengan memberi makan ke binatang di Kebon Binatang Bandung (KBB) yang termasuk terdampak Corona imbas penutupan KBB. Hal ini tentu di luar kelaziman, karena biasanya masih terkait aktivitas dakwah secara langsung, namun kali ini ke Kebun Binatang --sekalipun dari sisi substansi terkait dakwah juga namun secara tidak langsung.
Sesama aktivis dakwah juga saling mengingatkan dan menguatkan terkait tata cara shalat berjamaah di musim pandemi. Hal ini terkait Surat Edaran Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung No.503/2020 yang ditandatangani KH. Prof. Miftah Faridh, yang DKM dan masyarakat sementara tidak shalat berjamaah dulu di masjid hingga dinyatakan aman oleh pemerintah/instansi terkait.
Seluruhnya ini afirmasi jelas bahwa ajaran Islam bukanlah sekadar basa-basi. Kita bisa merujuk terutama pada surat As-Shaf ayat 2, "Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"
Menurut Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, asbabun nuzul ayat ini terkait perkataan seorang Muslim, "Aku telah berperang dengan pedangku dan aku telah menebaskannya." Padahal, dia tidak berperang dengan pedangnya dan tidak menebas dengannya.
Sementara Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir dari Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar dari Universitas Islam Madinah menjelaskan asal usul ayat ini dengan perkataan sahabat nabi, Ibnu Abbas. Bahwa dahulu sebelum diwajibkan jihad, sebagian orang-orang beriman berkata: "Kami berharap Allah memberitahu kami amal yang paling Dia cintai agar kami dapat menjalankannya."
Akan tetapi, setelah Allah memberitahu mereka bahwa amal yang paling Allah cintai adalah jihad, ternyata mereka enggan melakukannya dan merasa berat untuk menjalankan perintah-Nya itu. maka turunlah ayat ini.
Semoga spirit aktivis dakwah, terutama dari generasi muda Islam di Bandung Raya pada masa pandemi ini selalu terjaga keikhlasan dan keistiqomahannya. Teruslah berbuat, agar gilang gemintang dan kilau kemilau ajaran Islam kian muncul! (***)
Muhammad Sufyan Abdurrahman
Dosen Digital PR Telkom University, Mahasiswa S3 Religion Studies UIN SGD Bandung
*Artikel ini adalah kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab pengirim.
(erd/erd)