Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sedang melakukan kajian pembukaan sekolah di pertengahan Juli mendatang. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyoroti pentingnya pengadaan protokol kesehatan di sekolah.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Federasi Serikat Guru Indonesia Satriwan Salim mengatakan pemerintah pusat dan daerah harus benar-benar memiliki koordinasi yang baik terkait validasi data daerah dan sekolah yang dinyatakan aman dari COVID-19. Dia tidak ingin ada korban saat sekolah sudah kembali dibuka.
"Nah, kami khawatir kalau koordinasi komunikasinya ini tidak bagus dan yang nanti kemudian kebijakannya kita Juli masuk seperti biasa normal, saya khawatir nanti justru jangan sampai ada korban lagi. Tahu-tahu nanti karena basis datanya nggak jelas, koordinasi dengan pemerintahan daerahnya tidak jelas, tahu-tahu di sekolah kami atau di wilayah tersebut ada korban padahal kita sudah masuk belajar. Apakah mau diliburkan lagi, ya kan? Ini kan harus diantisipasi nih," kata Satriwan kepada detikcom, Senin (11/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satriwan mengimbau Kemendikbud dan Kementerian Agama (Kemenag) agar mengeluarkan protokol kesehatan terbaru bagi guru dan siswa di sekolah. Dia juga menyoroti pentingnya pengadaan petunjuk teknis terkait masa orientasi siswa (MOS) atau pengenalan lingkungan sekolah (PLS) dari pusat.
Menurutnya, para guru tidak cukup hanya berinovasi di masa tersebut. Dia menekankan pentingnya pengadaan petunjuk teknis dari pemerintah pusat terkait protokol kesehatan dan ketentuan MOS pascapandemi COVID-19.
"Jadi harus ada protokoler (kesehatan)-nya sebagai pedoman bagi guru, termasuk pedoman kegiatan tadi, karena ada MOS kan, sudah mulai belajar kan, harus rinci. Jangan nanti. Saya sudah tahu, nanti jawabannya, ini kan Merdeka Belajar silakan sekolah membuat inovasi. Saya muak mendengarkan itu loh. Ini kemarin juga begitu kan ditanya terkait dengan PJJ jawabannya ya ini mereka belajar, guru-guru berinovasi. Dalam kondisi kayak gini boro-boro dia berinovasi, dia mikirin kesehatannnya dia. Orang sudah tertekan, siswa sudah tertekan," kata Satriwan.
"Jadi pemerintah itu jangan abai, pemerintah daerah itu jangan abai, pemerintah pusat juga, buat pedomannya tadi, juklak-juknis-nya itu. Bisa kok segera apalagi waktunya dua bulan. Nah, jadi harus ada itu, karena ini terkait dengan interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa, orang kantin, satpam, orang tua nanti ke sekolah," imbuhnya.
Lebih lanjut, Satriwan mengimbau sekolah agar memiliki sarana prasarana kesehatan dari masker hingga alat pelindung diri (APD). Menurutnya, sekolah perlu memiliki APD guna berjaga-jaga jika ditemukan korban yang terindikasi COVID-19 di sekolah.
"Sekolah harus menyediakan hand sanitizer, harus menyediakan sabun pencuci tangan itu, harus menyediakan masker dan pakai masker semuanya masih seperti itu. Kemudian termasuk juga APD sekolah UKS-UKS nya poliklinik-poliklinik sekolah itu harus menyediakan APD. Lah, buat apa APD? Jaga-jaga seandainya nanti ada (korban), tapi ini kan nggak kita harapkan kan... tapi kan kita nggak tahu," ucap Satriwan.
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah mengkaji pembukaan sekolah di pertengahan Juli 2020. Nantinya, sekolah yang dinyatakan aman dari COVID-19 akan kembali melakukan kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
"Sedang dikaji pembukaan sekolah pertengahan Juli di daerah yang sudah dinyatakan aman dari COVID-19," kata Plt Dirjen PAUD-Pendidikan Tinggi Pendidikan Menengah Kemendikbud Hamid Muhammad kepada detikcom, Sabtu (9/5).
Selain itu, Kemendikbud sudah memiliki tiga skenario pembelajaran dari rumah dalam menghadapi pandemi Corona. Skenario pertama, jika pandemi COVID-19 selesai pada Juni, siswa dapat kembali masuk ke sekolah di awal tahun ajaran baru.
Skenario selanjutnya, jika pandemi Corona berakhir pada akhir Agustus atau September, siswa akan tetap melaksanakan sistem belajar dari rumah (BDR) hingga pertengahan semester ganjil 2020/2021. Sementara terakhir, siswa akan melaksanakan BDR sepanjang semester ganjil 2020 jika pandemi Corona selesai di akhir tahun.
"Ketiga, skenario terburuk jika COVID selesai akhir tahun, maka semester depan semuanya BDR," kata Hamid kepada detikcom, Sabtu (9/5).