Cerita Keluarga Lihat WNI ABK di Kapal China Sebelum Wafat: Wajahnya Bengkak

Cerita Keluarga Lihat WNI ABK di Kapal China Sebelum Wafat: Wajahnya Bengkak

Abdi Somat Hutabarat - detikNews
Senin, 11 Mei 2020 17:37 WIB
Keluarga Efendi Pasaribu (Abdi Somat-detikcom)
Keluarga Efendi Pasaribu (Abdi Somat/detikcom)
Tapanuli Tengah -

Keluarga mendiang Efendi Pasaribu, yang merupakan salah satu WNI ABK di Kapal Long Xing 629, bercerita soal kondisi Efendi sebelum wafat. Menurut keluarga, wajah Efendi terlihat membengkak saat terakhir kali mereka berkomunikasi lewat video call.

"Setelah lima hari mereka mendarat, barulah komunikasi aku sama anakku ini. Ku lihatlah mukanya sudah membengkak. Ku tanyalah, 'Kenapa mukamu, Nak?' 'Ini sakitku, Mak, jangan nangis, Mak,' itu dibilangnya sama kami. 'Iya aku tak nangis, Nak,' ku bilang," kata ibu Efendi, Kelentina Silaban, Senin (11/5/2020).

Dia mengatakan dirinya dan Efendi kembali berkomunikasi dua hari kemudian lewat video call. Saat itu, menurut Kelentina, Efendi mengatakan dirinya hendak mengurus surat untuk pulang ke Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ku bilang, 'Iya, Nak, uruslah ya, Nak, biar berobat di kampung ya.' Kemudian hari Minggu, itulah terakhir anakku menelepon sama ku. Besoknya (Senin) ku telepon tak ada lagi menjawab. Kemudian, manajernya menelepon dan menyatakan Efendi Pasaribu telah meninggal dunia," ujarnya.

Dia menyebut Efendi Pasaribu bekerja di kapal tersebut melalui agen dan sudah berlayar selama 13 bulan. Dia mengatakan anaknya mengikuti pendidikan di Jakarta kurang-lebih 4 bulan.

ADVERTISEMENT

Abang Efendi, Tulus Pasaribu, mengatakan komunikasi terakhir mereka dengan mendiang terjadi pada 26 April 2020. Dia menyebut adiknya mengalami sesak napas saat berbicara.

"Esok harinya, kami dapat kabar, adik saya sudah pergi. Terakhir kami video call, ku lihat kondisinya wajahnya membengkak," ujarnya.

Dia menyebut adiknya sempat bercerita ada beberapa kawannya yang sakit pada Desember 2019. Menurutnya, berdasarkan cerita Efendi, ada jenazah ABK yang dilarung ke laut pada Januari dan Maret 2020.

"Bulan satu, sama bulan tiga itu, tiga orang dibuang ke laut. Sementara dia (Efendi) saat itu juga sudah dalam keadaan sakit. Pergi mendarat pun dari kapal lain," ujarnya.

Sebelumnya, kuasa hukum 14 ABK WNI yang selamat, Dalimunthe & Tampubolon (DNT) Lawyers, lewat keterangan pers tertulis yang diterima detikcom, Minggu (10/5), mengatakan ada gejala penyakit misterius yang terjadi terhadap para WNI ABK yang wafat. Salah satunya tubuh yang membengkak.

"Pada Desember 2019, dua orang ABK bernama Sepri dan Alfatah meninggal disebabkan oleh penyakit misterius yang memiliki ciri-ciri sama, yakni badan membengkak, sakit pada bagian dada, dan sesak napas," kata DNT Lawyers.

Mereka bekerja di kapal Long Xing 629, yang beroperasi sejak 15 Februari 2019. Kapal ini beroperasi di perairan Samoa, tepatnya di wilayah RFMO Western and Central Pacific Fisheries Commission, selama lebih dari 13 bulan. Kapal terus berada di tengah laut tanpa pernah bersandar di daratan atau pulau. Dalam kondisi di tengah samudra itu, Sepri dan Alfatah terus menderita sakit misterius. Kapten kapal juga disebut menolak permintaan agar dua WNI itu dibawa ke RS.

Sepri meninggal pada 21 Desember 2019 di kapal Long Xing 629 dan jenazahnya dilarung pada hari itu juga. Alfatah meninggal pada 27 Desember 2019 setelah dipindahkan dari kapal Long Xing 629 ke kapal Long Xing 802 saat masa kritis. Jenazah Alfatah dilarung ke laut pada hari yang sama.

Selanjutnya pada Maret 2020, ABK bernama Ari mengalami sakit yang sama selama 17 hari sebelum akhirnya meninggal pada 30 Maret 2020. Jasadnya juga dilarung ke laut.

Sementara itu, Efendi Pasaribu berhasil bersandar di Busan, Korea Selatan. Effendi bersama 14 ABK lainnya dikarantina di Hotel Ramada selama 14 hari sesuai protokol penanggulangan virus Corona. Ternyata Efendi sudah mengalami penyakit misterius itu juga, kondisinya sudah parah.

Pada 26 April malam, Efendi dibawa ke UGD Busan Medical Centre karena kondisinya yang semakin kritis. Namun, Efendi meninggal pada 27 April 2020 pagi waktu Busan.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads