Ramadhan, Qur'an dan Kesalehan Profetik

Kolom Hikmah

Ramadhan, Qur'an dan Kesalehan Profetik

Wardi Taufiq, S.Ag., M.Si. - detikNews
Rabu, 06 Mei 2020 10:12 WIB
Wardi Taufiq, S.Ag., M.Si.
Foto: Dokumen pribadi
Jakarta -

Bagi umat Muhammad, Ramadhan adalah ruang mahaguru yang komplit. Ia memiliki fitur tercanggih untuk proses transendensi diri. Bulan teristimewa yang dihadirkan Allah untuk proses penghambaan yang utuh. Oleh karena itu, Ramadhan menjadi momentum yang tepat untuk menguatkan tonggak-tonggak kesalehan profetik.

Kecanggihan Ramadhan diabadikan Al-Quran setidaknya dengan 3 (tiga) sebutan: Syahrul Qur'an (Bulan Al-Qur'an, QS Al Baqarah [2]: 185); Syahrul Maghfirah (Bulan Ampunan, QS Al Ahzab [33]: 35); dan Syahrul Jihad wal Falah (Bulan Jihad dan Kemenangan, QS Al-Imran [3]: 123).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Ramadhan menjadi bulan suci yang diperlengkapi turunnya Al-Qur'an. Kitab suci ini hadir sebagai platform ilahiyah yang diperankan oleh sang mahaguru, yaitu Nabi Muhammad Saw. Bersama sang mahaguru, Al-Qur'an menjadi petunjuk bagi umat sekaligus penerang bagi yang hak dan yang bathil(QS al-Baqarah [2]: 185).

Selain menjadi risalah awal Al-Qur'an, Ramadhan menjadi bulan disyariatkannya puasa bagi umat Islam yang dimulai sejak 10 Sya'ban tahun kedua Hijriah. Kewajiban puasa bertujuan untuk memperkokoh ketaqwaan (QS al-Baqarah [2]: 183).

Keistimewaan bulan Ramadhan juga dijelaskan melalui beberapa Hadits. Bagi yang berpuasa karena iman dan taqwa, Allah akan mengampuni dosa-dosa masa lalu (HR. Bukhori-Muslim).

Selain menjadi ruang pengampunan, Ramadhan juga menjadi bulan yang penuh berkah. Pintu neraka digembok rapat sedangkan surga gelar 'open house' (HR. Ahmad, Nasa'i, dan Baihaqi). Di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yakni Lailatul Qadar (QS Al Qodr [97]: 3). Woow, fitur aplikasi yang canggih bukan? Ini waktu yang tepat bagi umat untuk menumbuhkan dan memperkuat kesabaran dan ketaqwaan.

***

Sebagai platform ilahiyah, Al-Qur'an adalah mukjizat Nabi Muhammad yang paling agung dan akan terus nyata hingga akhir zaman. Keberkahannya terus mengalir jernih tanpa putus. Sebuah kitab suci yang akan selalu membimbing manusia menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Secara harfiyah, Al-Qur'an bermakna 'bacaan yang sempurna'. Ia terpelihara sebagai bacaan yang mahasempurna dan mahamulia bagi umat. Kitab suci itu bukan hanya menjadi bacaan kaum intelektual yang melahirkan keluasan cakrawala tapi juga bacaan yang mencerahkan untuk semua kalangan.

Tidak ada bacaan yang dikaji sedalam dan sedetail Al-Qur'an. Risalahnya terkodifikasi, dipelajari dan dikaji secara komprehensif dari huruf demi huruf, kata demi kata, ayat demi ayat, surat demi surat, lengkap dengan kajian konteks, momentum waktu dan tempatnya serta tautannya dengan Rosulullah sebagai penerima wahyu.

Keberkahan Al-Quran nampak jelas dengan adanya riwayat-riwayat Hadits yang mengabarkan akan keutamaan dan keistimewaannya. Ia akan menjadi rahmat bagi yang beriman dan kerugian bagi yang berperilaku zalim (QS Al-Isra' [17]: 82).

Rasulullah bersabda, "Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur'an), maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf. Namun alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf" (HR. At-Tirmidzi). Dahsyat bukan? sungguh fitur aplikasi yang canggih, rancangan Allah Swt.

Bukan hanya itu, membaca dan menjadikan Al-Quran sebagai platform hidup akan memberi syafa'at bukan hanya kepada kita tapi juga kepada orang tua kita.

Sabda Rasulullah, "Bacalah Al-Quran, sebab pada hari kiamat ia akan datang sebagai pemberi syafa'at bagi pengembannya" (HR Muslim). "Siapa yang membaca Al-Quran dan mengamalkannya, pada hari kiamat orang tuanya akan dikenakan mahkota yang cahayanya lebih bagus daripada cahaya matahari yang masuk ke bilik-bilik rumah di dunia. Lantas bagaimana menurut kalian dengan orang yang mengamalkannya" (HR Abu Dawud dan Al-Hakim).

Tentu saja, Al-Qur'an sebagai platform hidup tidak cukup hanya diimani, dibaca, dan dikaji tapi juga harus menjadi pedoman untuk membangun kesalehan profetik baik dalam dimensi ritual maupun sosial. Sebagai khalifa fil ardhi (QS Al Baqoroh [2]: 30),kita harus mampu mentransendensikan diri dalam satu keutuhan nilai dan memberikan rahmat kepada khalayak luas (rahmatal lil 'alamin).

Untuk membangun kesadaran dan kesalehan profetik diperlukan gerakan maslahah secara lebih praksis untuk melindungi alam semesta (NKRI) dan menebar semangat keadilan bagi seluruh ciptaan Allah. Itulah wujud tanggung jawab kita sebagai warga negara di republik tercinta ini (QS Shad [38]: 26).

Islam akan menjadi rahmat bagi alam semesta manakala wajud tanggung jawab itu diejawantahkan dengan 4 (empat) prinsip utama:

Pertama, tawassuth (moderat), suatu sikap tidak ekstream, tidak tekstual tapi juga tidak liberal (QS Al Baqarah [2]: 143); Kedua, tawazzun, yaitu seimbang, tidak berat sebelah, atau komprehensif dalam menilai permasalahan, termasuk dalam penggunaan dalil naqli dan aqli (QS Al Hadid [57]: 25); Ketiga, i'tidal, suatu sikap yang mengedepankan semangat keadilan sebagai substansi dakwah (QS Al Maidah [5]: 8); Keempat, tasammuh, yaitu semangat toleransi, tengggang rasa dan penuh kebersamaan dalam menjalankan kehidupan (QS: Al Kafirun [109]: (1-6).

Dengan demikian, untuk membangun kesalehan profetik di muka bumi, selain dengan metode dakwah yang arif dan baik (QS An Nahl [16]: 25), tapi juga memastikan empat prinsip utama di atas diaplikasikan dalam kehidupan kita.

Wardi Taufiq, S.Ag., M.Si.

Pengurus Pimpinan Pusat ISNU
Alumni Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep

*Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab pengirim. --Terimakasih--

(erd/erd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads