Sebagian masyarakat hingga kini masih ada melaksanakan salat Tarawih berjemaah di masjid, meskipun wabah virus Corona (COVID-19) sedang melanda. Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid meminta para tokoh agama Islam memberikan panduan agar masyarakat bisa menjalankan tarawih di rumah.
Bukan tanpa alasan Zainut meminta para tokoh agama Islam memberikan panduan Tarawih di rumah. Dia menyebut tingkat pengetahuan masyarakat masih lemah.
"Memang benar masyarakat kita ini tingkat literasi masih lemah. Untuk itu, perlu ada bentuk-bentuk sosialisasi dalam bentuk yang lain, tidak hanya bentuk tulisan. Mungkin pamflet, video, dan sebagainya," ujar Zainut dalam acara bertajuk 'Optimalisasi Ibadah di Rumah di Tengah Pandemi' yang disiarkan secara online, Selasa (4/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zainut mengatakan Kemenag telah melakukan penelitian mengapa masih banyak yang Tarawih berjemaah di masjid. Hasilnya, kata dia, ada masyarakat yang belum mengetahui cara Tarawih di rumah.
"Memang lagi-lagi kami juga harus melakukan evaluasi. Mungkin kami juga berpendapat kenapa masyarakat melakukan Tarawih. Setelah melakukan penelitian kecil-kecilan, ternyata mereka memang selama ini kalau misalnya harus salat sendiri itu dia tidak bisa," katanya.
Untuk itu, Zainut meminta penyuluh agama di setiap daerah senantiasa memberikan edukasi kepada masyarakat. Maka, sebut dia, masyarakat memiliki pengetahuan untuk melaksanakan ibadah yang selama ini dijalankan di masjid, diganti dengan di rumah.
"Ini harus diberikan panduan, tuntutan, saya kira ini tugas bapak-bapak memberikan bimbingan bagaimana cara salat di rumah dengan keluarganya, saya kira ini bagian kita untuk memberikan edukasi kepada masyarakat," katanya.
Wamenag Bicara Tiga Tingkatan Orang Puasa
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi menjelaskan mengenai tiga tingkatan orang puasa dalam bulan suci Ramadhan. Kriteria mengenai orang berpuasa itu merujuk pada pendapat Imam Ghazali.
Pertama, ada orang yang berpuasa hanya menahan makan, minum, serta tidak berhubungan suami-istri. Menurutnya, orang yang berpuasa dengan cara seperti itu termasuk golongan awam.
"Puasa menahan makan, minum atau bersetubuh dengan istri ini disebut puasa orang awam. Puasa seperti ini disindir Rasulullah Ini hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Banyak orang yang berpuasa tapi dia tidak mendapat pahala puasa yang dia dapat hanya lapar dan dahaga, ini puasa orang awam," ujar Zainut dalam acara Optimalisasi Ibadah di Rumah di Tengah Pandemi yang disiarkan secara online, Selasa (4/5).
Kriteria kedua adalah orang berpuasa yang menahan makan, minum, berhubungan suami-istri, serta pancaindranya. Orang yang berpuasa dengan cara ini termasuk orang-orang khusus.
"Puasa kedua, dimensi spiritual ritual artinya puasa sebagai ritual untuk menjauhkan diri dari sifat sesuatu yang diikuti oleh hawa nafsu, pada dimensi puasa seperti ini tapi seluruh panca indera seluruhnya puasa, kulit berpuasa mata berpuasa, tangan, dan kaki kita puasa. Ini kelompok dalam orang-orang khusus," ucapnya.
Zainut melanjutkan, kategori yang ketiga yakni orang yang mampu menahan pikiran dan hatinya saat berpuasa. Menurutnya, orang yang mampu berpuasa dengan cara seperti itu termasuk yang mampu menemukan jati dirinya.
"Dimensi ketiga adalah ritual intelektual, selain menahan lapar, dahaga dan juga menahan panca indera untuk melakukan yang dilarang, tapi akal, hati dan pikiran ikut puasa dan ini masuk dalam kelompok kekhususan agar dia menemukan jati dirinya," tandasnya.
(zak/zak)