Sebanyak 14 provinsi tidak melaporkan kasus baru positif Corona pada 2 Mei. Tim Pakar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono menyebut pelacakan kasus Corona ada beberapa faktor seperti layanan kesehatan dan jumlah pasien dalam pengawasan.
"Tapi salah satu ngecek-nya bagaimana layanan kesehatan di sana. Kalau di sana tidak ada tes tiba-tiba kurang, reagennya habis bisa aja. Kedua kita lihat PDP-nya, kalau PDP nambah sebenarnya mungkin layanan tes. Ada masalah dilayanan tes," ujar Pandu saat dihubungi, Sabtu (2/5/2020).
Pandu mengatakan tak adanya kasus baru atau penurunan kasus harusnya tetap hati-hati. Dia menyebut mungkin saja kasus pada hari berikutnya melonjak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kalau kasusnya menurun atau naik itu hati-hati juga, tiba-tiba naik melonjak tinggi karena layanan kesehatannya bagus. Kadang kan sering kali telat," katanya.
Pandu kemudian mengatakan untuk mendeteksi kasus positif yang harus diperhatikan data PDP daerah. Dia menyebut tak ada laporan kasus bisa saja belum dilakukan uji laboratorium.
"Jangan liat nasional, karena antara nasional dan daerah itu bisa ada gate. Jadi kalau kita membaca data nasional itu, pertama liat laporan dari masing-masing provinsi. Karena yang dilaporkan di nasional itu hanya terkonfirmasi lab, nanti apakah ada masalah di lab lagi," tutur Pandu.
"Karena kan sebagian itu sudah tidak dilaksanakan di pusat, di daerah. Ada masalah nggak di lab, kalau ada masalah bukan karena rendah, tapi karena belum dites. Jadi naik, turun-turun, banyak faktor terutama adalah labnya. Bagaimana hasil lab." lanjutnya.