Apa yang kita rasakan Ketika memasuki Bulan Ramadhan ? ketenangan dan kemanusiaan. Tenang, karena kita senantiasa mendekatkan (taqarrub) diri kepada Allah dengan segala bentuk ibadah langsung kepada Allah (ibadah mahdhah), selain berpuasa juga berbagai amalan sholat fardhu maupun sholat-sholat sunnah lainnya.
Kemanusiaan, karena dalam bulan suci Ramadhan ini kita terasah ketajaman jiwa kemanusiaan yang menempatkan sesama manusia adalah sama. Pandangan seperti ini tidak hanya kita sesama muslim, tetapi juga sesama manusia yang berbeda latarbelakang agama, suku, budaya, dan etnik. Jiwa sosial dan kemanusiaan menjadi energi baru untuk membantu sesama manusia, lebih-lebih saat musibah pandemi Covid-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Persamaan dalam Islam disebut alwusawa adalah sikap yang memandang seimbang, sejajar, sama rata antar sesama manusia. Dalam demokrasi Islam, almusawa berhimpitan dengan nilai assyura (musyawarah) dan al'adalah (keadilan). Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, persamaan merupakan prinsip untuk bersikap tidak diskriminatif terhadap sesama manusia apapun latarbelakangnya. Prinsip kemanusiaan adalah melebihi batas-batas primordial dan kepentingan. Prinsip seperti inilah yang dianut Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dengan sesanti Bhineka Tunggal Ika.
Semangat menjaga keberagaman dan kemanusiaan di Indonesia seperti itu sesuai dengan ajaran Islam dalam surat Al-Hujarat ayat 13 (49/13), yang pada prinsipnya perbedaan gender (addzakar-untsa), bangsa (syu'uba), dan suku (qaba'il) semata-mata diperintahkan untuk saling berhubungan dan membantu (atta'arufi); sebaik-baik manusia adalah yang paling baik takwanya kepada Allah (attaqakum). Makna tersurat dan tersirat dalam ayat tersebut adalah penghargaan terhadap seseorang bukanlah di karenakan perbedaaan apapun latarbelakangnya, melaikan justru sejauhmana perbedaan itu dihargai. Karena itu Islam sangat menghargai pluralitas.
Surat Al-Hujarat ayat 13 ini Tafsir Al-Misbah ditekankan dan dipesankan agar hubungan sesama manusia dikedepankan sifat persamaan dan menghindari sikap diskriminatif. Ayat ini merupakan petunjuk tentang tata krama pergaulan sesama manusia dan merupakan prinsip yang harus dijunjung. Jadi harus kita pahami bahwa persamaan merupakan hak setiap warga negara. Negara menjamin perlakuan yang sama di negara demokrasi. Persamaan sesama manusia merupakan sarana untuk menciptakan tatanan masyarakat yang damai dan harmonis.
Surat Al-Hujarat ayat 13 tersebut juga bermakna bahwa yang terbaik diantara manusia adalah ibadahnya kepada Allah. Inilah yang disebut Keesaan (Tauhid) sebagai prinsip yang menempatkan hubungan makhluk kepada sang Khaliq. Dengan demikan Islam datang dengan prinsip yang revolusioner, yaitu tauhid. Tauhid adalah menempatkan Allah sebagai satu-satunya yang berhak disembah. Selain Allah adalah makhluk yang tidak berhak disembah. Tidak boleh seorang budak menyembah majikannya, tidak boleh seorang bawahan menghamba kepada atasannya, dan tidak boleh menyembah kepada materi dan harta benda. Kedudukan manusia setara,Adapun yang membedakan manusia bukan sukunya, warna kulitnya, kekayaan dan pangkat sosialnya, melainkan ketakwaannya.
Dari prinsip tauhid ini muncul serangkaian nilai-nilai sosial berupa egalitarianisme (al-musawah), kemerdekaan (al-hurriyah), dan humanisme (al-insaniyyah). Jika tatanan dunia dilandaskan pada prinsip-prinsip ini, maka tidak boleh ada penjajahan, penghisapan manusia oleh manusia, perbudakan, penindasan, dan penguasaan orang atas orang lainnya.Ketika prinsip-prinsip ini dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan didakwahkan di Mekkah, terjadi revolusi atau penjungkirbalikan nilai secara cepat sehingga Nabi Muhammad SAW dimusuhi oleh kaumnya sendiri yang saat itu masih menyembah berhala, melanggengkan perbudakan, dan membedakan manusia berdasarkan asal-usul suku dan kabilahnya.
Prinsip persamaan dan tauhid tersebut dalam Islam disebut dengan konsep Ad-Ddharuriyyah Al-Khamsah yaitu perlindungan atas 5 (lima) hal terhadap manusia. Konsep ini meliputi perlindungan terhadap agama (addin), harta (al-maal), jiwa dan martabat manusia (an-nafs wa al-'irdh), pemikiran (al-'aql) dan keturunan (an-nasl). Ke 5 (lima) hal pokok ini harus dijaga oleh setiap individu, individu dan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan negara, masyarakat dengan lingkungan dan antara komunitas agama yang satu dengan agama yang lain.
Sikap etika persamaan, kemanusiaan dan ketauhidan yang meningkat di bulan suci Ramadhan ini harus terus dijaga sebagai manifestasi dari semangat membantu sesama manusia. Saling tolong menolong tidak harus melihat latar belakang agama, suku dan budaya. Manusia adalah pembebas perbudakan yang tidak hanya dalam arti hubungan antar manusia, tetapi juga dalam arti perbudakan diri manusia terhadap harta dan dunia.
Ali Masykur Musa
Penulis adalah Ketua Umum PP Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
* Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungja
(erd/erd)