Butet Kartaredjasa melakukan kunjungan dadakan (blusukan) ke salah satu aktivis pejuang lingkungan di Pulau Serangan, Bali yang bernama I Wayan Patut. Dalam kesehariannya, I Wayan Patut mengelola sebuah tempat kegiatan pelestarian lingkungan, mulai dari pelestarian terumbu karang, mangrove (hutan bakau), hingga pengelolaan sampah.
I Wayan Patut pun menceritakan awal mula tempat tersebut berdiri.
"Di tahun 90an terjadi sebuah proses perubahan di Pulau Serangan, pertama perubahan yang terjadi adalah adanya pembebasan lahan perkebunan. Lahan perkebunan yang dibebaskan tersebut salah satunya ini," ujar I Wayan Patut dalam tayangan Mola TV yang dipandu Butet Kartaredjasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah pembebasan lahan terrsebut I Wayang Patut mengungkapkan, pada 1995 datanglah perusahaan besar untuk mengerjakan sebuah proyek. Proyek tersebut merupakan reklamasi yang merusak ekosistem bawah laut.
"Pulau Serangan ini kan sebenarnya akan dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Nah tahun 95 datanglah perusahaan besar. Awalnya terjadi reklamasi, nah reklamasi ini yang menyebabkan perubahan ekosistem bawah laut. Nah disamping itu ada faktor masyarakat juga, dibarengi dengan reklamasi ini tambah parah lagi lingkungannya," jelas I Wayan Patut.
Dengan perubahan ekosistem dan kondisi masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungan, I Wayan Patut ingin memutus perilaku yang merusak lingkungan, awalnya ia berusaha dengan mengajak masyarakat untuk turut menjaga lingkungan melalui taman bawah laut.
"Kita mencoba untuk memutus perilaku yang tidak bijaksana seperti menangkap ikan dengan sianida. Sekarang kita ubah, kita mau mengajak masyarakat untuk merawat dan menjaga terumbu karang kita buatkan semacam taman bawah laut," jelasnya.
Ia menceritakan pada dasarnya taman bawah laut ini merupakan sistem, di mana ia membuat beberapa bangunan kecil sebagai tempat tinggal hewan coral. Nantinya saat hewan coral tersebut menempel di bangunan taman bawah laut yang ia buat, diharapkan akan menjadikan bangunan tersebut sebagai tempat tinggal ikan-ikan.
Mau lihat seperti apa taman bawah laut dan perjuangan menjaga lingkungan dari I Wayan Patut? Selengkapnya bisa Anda disaksikan dalam acara Blusukan Butet Kartaredjasa: Wayan Patut Mematut Lingkungan di Mola TV."Taman bawah laut itu berbagai bentuk bangunannya. Ini salah satu bentuk bangunan taman bawah laut, nantinya untuk hewan coral (karang) itu menempel dengan sistem transplantasi. Dengan sistem ini nanti coralnya hidup di rumah-rumah ini, otomatis ikannya akan tinggal di coral itu," ungkap I Wayan Patut.
Tayangan Blusukan Butet Kartaredjasa dan acara lain di Mola TV dapat disaksikan dalam paket langganan Corona Care Mola TV yang dapat diakses dengan berdonasi mulai dari Rp 0 (melalui donasi doa) hingga Rp 5 juta. Melalui program tersebut, Mola TV mengajak masyarakat Indonesia untuk peduli membantu pemerintah melawan virus Corona.
Setiap sumbangan tersebut akan digandakan oleh Mola TV dan disalurkan kepada BNPB dan PMI untuk membantu perjuangan melawan wabah COVID-19 di Indonesia.
(prf/ega)