Dituding Kalla Pelaku Pembacokan
Ponpes Amanah Poso Berisi Santri TK, Putri & Abege
Rabu, 14 Des 2005 17:01 WIB
Poso - Beberapa saat setelah kasus mutilasi tiga siswi SMU Kristen Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Wakil Presiden Yusuf Kalla menghubungi Ustad Adnan Arsal, salah seorang tokoh Islam terkemuka di Poso.Kalla menuding bahwa santri Pesantren Al Amanah pimpinan Adnan terlibat dalam peristiwa itu dan menyebutkan bahwa sejumlah ustad dari pesantren Al Islam, Ngruki, Jawa Tengah mengajar di pesantren yang berdiri sejak tahun 2001 itu. Terang saja, tudingan Kalla itu dibantah habis-habisan oleh Ustad Adnan. Ia mengatakan bahwa Kalla telah melukai perasaan umat Islam di Poso, Sulawesi Tengah. Tuduhan ini bermula dari kasus mutilasi tiga siswi SMU Kristen GKST Poso, Sulawesi Tengah, pada Sabtu, 29 Oktober lalu. Beberapa jam setelah kejadian itu, Wapres Kalla menghubungi salah seorang deklarator Malino ini melalui telepon dan langsung menuduh pelaku mutilasi yang menggegerkan warga Poso itu adalah ulah orang-orang Tanah Runtuh, nama kawasan pesantren Amanah Poso yang dipimpin oleh Adnan."Siapa lagi para pelaku mutilasi kalau bukan orang-orang yang berambisi masuk surga," kata Adnan, mengutip pernyataan Kalla.Beranglah Adnan dituduh Kalla seperti itu. Bahkan gara-gara tuduhan itu, berkali-kali kompleks pesantrennya diobok-obok satuan tugas Antiteror Mabes Polri.Dari penelusuran detikcom, ternyata pesantren yang disamakan Kalla dengan pesantren Al Islam Ngruki, Jawa Tengah, ini berisi 16 santri putri, 47 santri anak-anak seusia taman kanak-kanak dan 65 orang santri putra seusia anak-anak sekolah menengah pertama alias abege.Pesantren ini didirikan tanggal 4 Mei 2001 untuk menampung mantan santri Pesantren Walisongo, di Kilo 9 Lage, Poso, yang dibakar dan sekitar 200 santrinya dibunuh para perusuh dalam konflik Poso Mei 2000.Saat ini, pesantren Amanah berdiri di dua lokasi berbeda. Pesantren Amanah di Tanah Runtuh menjadi tempat belajar 16 santri putri dan 47 santri anak-anak seusia taman kanak-kana. Lalu yang satu lagi di Landangan, Poso Pesisir yang menjadi tempat belajar 65 santri putra.Tidak ada kegiatan lain yang mencolok dari para santri kecuali belajar agama. Pengajaran agamanya disesuaikan dengan kurikulum nasional. Adapun pengajian kitab kuning dilaksanakan di luar jadwal jam pelajaran sekolah.Memang kini pesantren itu terkesan tertutup dari orang luar. Itu terjadi lantaran setiap peristiwa kekerasan terjadi di Poso, pesantren ini selalu menjadi sasaran penggeledahan polisi. Makanya, mereka terkesan sangat berhati-hati menerima tamu. Sebab polisi yang biasa datang selain memakai seragam juga ada yang tidak. Terkait:Dituding Pelaku Kekerasan Poso, Ustad Adnan Tantang Wapres
(nrl/)