Banjir, Dinas PU Bali Akui Terlambat Buka Pintu Air
Selasa, 13 Des 2005 16:19 WIB
Denpasar - Banjir di Denpasar yang memakan korban satu orang tewas diduga akibat keterlambatan petugas membuka DAM Estuari di hilir sungai Badung, Denpasar. Karena telat dibuka, air sungai pun meluap. Hal itu diakui oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali Nyoman Sudiana kepada wartawan usai Sidang Paripurna di DPRD Bali, Renon, Denpasar, Selasa (13/12/2005). Banjir yang menghantam Denpasar ini disebabkan oleh meluapnya sungai Badung. Pasalnya, saat terjadi banjir, kota Denpasar hanya terjadi hujan rintik-rintik. Sudiana mengakui pihaknya terlambat membuka pintu air karena Denpasar tidak hujan. Ia tidak menduga hujan deras justru terjadi di hulu sungai Badung. "Itu karena di sini (Denpasar) tidak hujan sehingga tidak menyangka di hulu sungai Badung hujan. Tidak begitu lama kita membuka sekitar satu jam sejak hujan di hulu," katanya. Sudiana mengatakan penyebab lain meluapnya sungai terbesar di Badung itu adalah banyaknya tumpukan sampah di sepanjang sungai. Penyebab lainnya lagi adalah, gundulnya hutan yang menyebabkan resapan air berkurang sehingga air mengalir di permukaan tanah. Sementara itu, Plt Humas Kota Denpasar Erwin Wiradarma mengatakam, daerah di Denpasar yang dihantam banjir adalah kawasan penduduk yang ada di sepanjang sungai Badung, diantaranya di Kampung Jawa, Kampung Pekambingan, Ubung Kaja, Perumahan Grya Selaras, BTN Bina Permai, Perumahan Kalista Anyar, Pasar Kumbasari. Banjir di kawasan ini mencapai ketinggian rata-rata 1,5 meter. Banjir yang terjadi Senin (12/12/2005) kemarin merupakan banjir terbesar terakhir sejak tahun 1989 di Denpasar. Banjir ini memakan satu orang korban tewas, yaitu Sri wahyuni (19). Selain itu tiga rumah permanen rusak berat dan puluhan rumah bedeng hancur, satu mobil rusak dan satu sepeda motor milik warga hingga kini belum ditemuka. Pedagang di Pasar Kumbasari pun mengalami kerugian sangat besar karena barang dagangan mereka hancur diterjang banjir.
(iy/)