Ahli Matematika: PSBB Agak Terlambat, Bahaya Bila Mudik Tak Dilarang

Ahli Matematika: PSBB Agak Terlambat, Bahaya Bila Mudik Tak Dilarang

Danu Damarjati - detikNews
Rabu, 15 Apr 2020 14:43 WIB
Presiden Joko Widodo menghimbau masyarakat Indonesia untuk tidak diperkenankan mudik demi mencegah penularan virus corona (COVID-19).
Foto ilustrasi: Pemudik (Antara Foto)
Jakarta -

Ahli matematika dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menilai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sedikit terlambat dalam mencegah penyebaran COVID-19. Supaya keadaan wabah virus Corona tidak menjadi lebih buruk, maka mudiknya penduduk Jakarta perlu diantisipasi.

Ilmuwan matematika UNS ini adalah Sutanto Sastraredja. Dia sudah membuat permodelan yang menghasilkan hitungan puncak Corona di Indonesia terjadi pada pertengahan Mei ini. Namun permodelan itu dibuatnya sebelum PSBB ditetapkan oleh pemerintah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini sejumlah daerah mengajukan PSBB, namun hasil hitung-hitungan Sutanto ternyata masih cenderung sama saja dengan data COVID-19 yang diungkapkan pemerintah. Padahal, variabel yang digunakan Sutanto belum memasukkan intervensi pemerintah berwujud PSBB itu. Artinya, PSBB belum berpengaruh signifikan sejauh ini.

"Menurut saya, PSBB sudah mulai kelihatan efektif, namun kok grafiknya masih mengikuti kurva saya yang saya buat sebelum PSBB. Saya melihat (intervensi pemerintah) ini agak terlambat, karena beberapa orang yang sudah kena infeksi ini jebol keluar dan tidak terdeteksi," tutur Sutanto kepada detikcom, Rabu (15/4/2020).

ADVERTISEMENT

Dia mencontohkan, data pemerintah yang diumumkan pada Selasa (14/4) kemarin menyebut ada 4.839 kasus positif COVID-19 di Indonesia. Adapun menurut hitung-hitungan Sutanto yang belum memasukkan PSBB sebagai variabel, angkanya tak jauh berbeda, yakni 4.468 kasus positif COVID-19 untuk tanggal yang sama.

Puncak Corona di Indonesia, menurut Dr Sutanto dari UNS. (Dok Istimewa)Puncak Corona di Indonesia, menurut Dr Sutanto dari UNS. (Dok Istimewa)

Doktor ilmu matematika terapan dari Universite de Bordeaux, Prancis, ini memakai data yang didapatnya dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bahwa sudah ada sekitar 7% penduduk Jakarta yang mudik lebih awal ke provinsi lain. Angka ini jugalah yang diungkap lewat survei Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub), Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Dari survei tersebut, 37% belum memutuskan apakah akan mudik atau tidak. Bila 37% itu bakal mudik, maka ada 44% orang penduduk Jakarta yang mudik di masa wabah ini.

"Kalau 44%, wah itu berpengaruh banget, berpengaruh banget. Bahaya itu. Nantinya, puncak kasus COVID-19 yang di Jakarta akan turun karena bergeser lebih cepat. Sementara, yang di non-Jakarta Pulau Jawa akan terjadi peningkatan signifikan," kata Sutanto.

Untuk permodelan yang sudah dia bikin dan diberitakan detikcom pada 28 Maret, dia menghitungnya dengan menggunakan metode penghitungan SIQR, yakni Susceptible (ODP-PDP), Infected (positif COVID-19), Quarantine (karantina), dan Recovery (sembuh). Dia kemudian menggabungkannya dengan perhitungan laju kematian dan kelahiran. Dia mengaku sudah memaparkan permodelan ini kepada Menko PMK Muhadjir Effendy dan Menkes Terawan Agus Putranto lewat konferensi video jarak jauh, 6 April 2020, pukul 14.00 WIB.

Pengaruh intervensi pemerintah dimasukkannya dalam variabel 'alfa', yakni kecepatan pemerintah dalam mengkarantina positif COVID-19. Variabel 'beta' merepresentasikan tingkat intervensi pemerintah untuk membuat orang yang sehat agar tetap di rumah supaya tidak berkontak dengan orang yang terinfeksi. Terakhir, dia memasukkan data pemerintah sebagai bahan hitungan pada 3 April. Dari hasil hitung-hitungannya itu, dia memprediksi akan ada peningkatan tepat di tanggal 15 April 2020 ini, alias hari ini.

"Dari permodelan saya, tanggal 15 kok angkanya agak tinggi, sudah hampir 6.000 (kasus positif COVID-19). Terjadi lonjakan sampai 1.000 kasus. Kalau dari permodelan saya, tanggal 15 April ini sudah mencapai 5.800 kasus," kata Sutanto.

Halaman 2 dari 2
(dnu/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads