Tim FKM UI: Jika Mudik Tak Dilarang, Kematian Terkait COVID-19 Bakal Meningkat

Tim FKM UI: Jika Mudik Tak Dilarang, Kematian Terkait COVID-19 Bakal Meningkat

Danu Damarjati - detikNews
Senin, 13 Apr 2020 21:40 WIB
Simulasi penanganan pasien suspect virus corona di Semarang
Ilustrasi simulasi penanganan pasien virus Corona. (Angling/detikcom)
Jakarta -

Bila mudik tidak dilarang, pasien kasus positif COVID-19 yang butuh perawatan rumah sakit bakal meningkat. Rumah sakit tidak akan cukup menampung lonjakan calon pasien, angka kematian berpotensi meningkat.

Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menghitung prediksi melalui 'Permodelan COVID-19 Indonesia, Apa yang Terjadi Jika Mudik?'. Dari permodelan bertanggal 12 April itu terlihat bakal ada lebih dari sejuta kasus COVID-19 yang butuh perawatan rumah sakit.

Sejuta orang yang terjangkit virus Corona itu bakal tersebar di semua provinsi di Pulau Jawa. Di sisi lain, kapasitas rumah sakit sudah makin kecil dari hari ke hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Rumah sakit di daerah sudah dipastikan tidak dapat menampung. Kematian potensial meningkat," kata epidemiolog dari FKM UI, Pandu Riono, kepada detikcom, Senin (13/4/2020).

Supaya situasi buruk tidak terjadi, doktor epidemiologi lulusan University of California Los Angeles ini menyarankan agar pemerintah melarang mudik. Soalnya, ini adalah perkara nyawa orang banyak.

ADVERTISEMENT

"Batasi mudik dengan maksimal agar selamatkan jiwa rakyat dan tekan kerugian ekonomi akibat peningkatan kasus COVID-19 dan potensial kematian yang terjadi," kata Pandu ketika menyampaikan rekomendasi.

Pandu beserta pakar dari FKM UI lainnya, yakni Iwan Ariawan, Muhammad N Farid, dan Hafizah Jusril, telah menyusun 'Permodelan COVID-19 Indonesia, Apa yang Terjadi Jika Mudik?' bertanggal 12 April.

Berikut ini jumlah orang yang bakal terjangkit COVID-19 dan perlu perawatan rumah sakit, dibagi berdasarkan skenario 'dengan mudik' dan 'tanpa mudik'.

Estimasi kumulatif kasus COVID-19 di Pulau Jawa:

1. Jawa selain Jabodetabek (dengan mudik): +/- 1.000.000 kasus COVID-19 perlu perawatan RS
2. Jawa selain Jabodetabek (tanpa mudik): +/ 800.000 kasus COVID-19 perlu perawatan RS
3. Jabodetabek: +/- 250.000 kasus COVID-19 perlu perawatan RS

Permodelan COVID-19 Indonesia, 12 April 2020. (Tim FKM UI)Permodelan COVID-19 Indonesia, 12 April 2020. (Tim FKM UI)

Angka tersebut diprediksi tercapai pada 1 Juli 2020. Sebelum momen puncak itu, angka kasus COVID-19 yang perlu perawatan rumah sakit bakal terus naik. Pada 24 Mei atau 1 Syawal, angka positif COVID-19 yang perlu perawatan RS sudah menembus 500 ribu kasus, bila tanpa larangan mudik.

Selisih antara skenario dan mudik dengan tanpa mudik sekitar 200.000 kasus COVID-19 yang perlu perawatan RS. Jadi bila pemerintah melarang mudik, maka tambahan 200.000 kasus COVID-19 yang perlu perawatan RS tidak akan terjadi.

Ada sejumlah asumsi yang dijadikan dasar oleh tim FKM UI untuk menghitung prediksi ini, yakni Survei Potensi Pemudik Angkutan Lebaran Tahun 2019 Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Hasil survei itu menyebutkan 44,1% orang dari Jakarta Bogor Depok Tangerang (Jabodetabek) yang mudik Lebaran tahun 2019. Sebanyak 44,1% Dari 100% orang di Jabodetabek berarti 14,9 juta orang.

Sedangkan untuk 2020, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) memprediksi 56% warga Jabodetabek tidak mudik, 37% masih mempertimbangkan untuk mudik, dan 7% telah mudik. Asumsinya, 20% penduduk Jabodetabek bakal mudik ke provinsi lain di Pulau Jawa ini selama rata-rata 7 hari pada 2020.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads