Paranietharan mengatakan mahasiswa harus mampu menjaga diri selama menjadi relawan. Para mahasiswa juga diminta untuk berkoordinasi dengan dosen masing-masing apabila merasa mendapat tekanan selama bertugas.
"Selama masa menjadi relawan, mahasiswa harus mampu menjaga diri. Ambil langkah pencegahan dan penanganan yang tepat selama mengikuti aktivitas. Jika merasakan tekanan selama masa pengabdian, bicaralah kepada dosen atau profesor di tempat kalian agar dapat menenangkan diri," ucap Paranietharan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam juga telah mengajak beberapa perguruan tinggi menyiapkan Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan sebagai sub center tes COVID-19. Dia menyebut sudah ada 13 rumah sakit pendidikan yang terlibat program tersebut.
"Saat ini terdapat 13 Fakultas Kedokteran dan 13 Rumah Sakit Pendidikan yang ditunjuk Kementerian Kesehatan sebagai laboratorium untuk tes Covid-19," kata Nizam.
Sementara itu, Ketua Komisi X, Syaiful Huda mengapresiasi program Kemendikbud itu. Dia mengatakan program itu akan membantu Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19, dibutuhkan sekitar 1.500 dokter dan 2.500 perawat.
"Kami mendengar Kemendikbud telah melakukan rekruitmen relawan dari kampus-kampus tersebut. Kami berharap rekruitmen dikoordinasikan Satgas Percepatan Penanggulangan Covid-19 sehingga bisa dipetakan kebutuhan dan kemampuan yang bisa diisi oleh para mahasiswa ini," kata Syaiful melalui keterangan tertulisnya, Kamis (26/3).
Politikus PKB ini mengingatkan agar para relawan yang direkrut dari kalangan kampus mendapatkan orientasi terkait tugas mereka terlebih dahulu sehingga mereka bisa bekerja lebih efektif. Selain itu mereka juga harus dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai.
"APD ini penting karena jangan sampai anak-anak kita yang jadi relawan malah menjadi korban penularan COVID-19 karena tidak memakai APD sesuai standar WHO," katanya.
(lir/lir)