Perang terhadap virus corona atau dikenal sebagai COVID-19 masih terus berlanjut hingga Kamis (19/3/2020). Sejak dinyatakan masuk Indonesia pada awal Maret 2020, hingga Rabu (18/3/2020) sudah ada 227 kasus positif COVID-19. Sebanyak 11 kasus berhasil sembuh dari infeksi virus corona dan 19 lainnya meninggal.
Seiring dengan segenap upaya untuk mengantisipasi dan mencegah infeksi virus corona, ada baiknya menyegarkan ingatan terkait istilah yang bikin bingung. Dikutip dari CNN, virus corona adalah keluarga penyebab penyakit (patogen) yang mengakibatkan penyakit saat ini. Sama dengan SARS-CoV pada 2002 dan MERS-CoV di 2012.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ahli kemudian memberi nama virus yang kasusnya pertama kali mewabah di Wuhan, China, ini sebagai SARS-CoV-2. Sedangkan penyakit yang disebabkan infeksi virus corona SARS-CoV-2 disebut COVID-19. Istilah COVID-19 adalah kependekan dari corona virus disease 19, yang kemudian menjadi nama resmi virus corona musuh dunia saat ini.
Sebelum menjadi COVID-19, WHO memberi nama 2019-nCoV untuk virus corona ini. Sedangkan Komisi Kesehatan Nasional China menyebutnya sebagai Novel Coronavirus Pneumonia (NCP). Setelah mengingat kembali perbedaan virus corona, COVID-19, dan SARS-CoV-2, maka berikut informasi lebih detail terkait organisme ini.
1. Bentuk virus corona
Dikutip dari situs LIPI atau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, bentuk virus corona menyerupai mahkota seperti namanya. Corona bahasa Latin yang artinya crown atau mahkota dalam bahasa Indonesia. Bentuk mahkota berasal dari protein S atau spike protein yang mengelilingi permukaan virus.
Protein S ini mirip anak panah atau paku yang menutupi permukaan virus corona. Protein S inilah yang berperan penting dalam pola infeksi virus corona ke sel pernapasan. Virus corona secara umum berbentuk bulat dengan diameter 100-120 nm atau nanometer. Virus corona tidak bisa memperbanyak diri kecuali dengan menginfeksi makhluk hidup, sama seperti virus lain.
2. Struktur virus corona
Struktur virus biasanya hanya terdiri atas RNA atau DNA saja termasuk untuk virus corona. Virus ini memiliki genom RNA positif atau biasa disebut RNA saja. Panjang genom virus corona sekitar 27-32 kilobasa yang kemudian membentuk protein penyusun tubuh virus. Misal fosfoprotein N, glikoprotein M, protein E, protein S, dan glikoprotein HE, serta enzim lain untuk perbanyakan virus.
Adanya protein S, yang mirip paku atau tanda panah di permukaan organisme, menjadikan struktur virus corona lebih khas dibanding yang lain. Dikutip dari Live Science, protein S ini menempel pada reseptor di sel pernapasan yang disebut angiotensin-converting enzyme 2 atau ACE 2.
"Jika kita berpikir tubuh manusia adalah rumah dan virus corona adalah karet, maka ACE 2 adalah pegangan pintu menuju rumah. Saat protein S di struktur virus corona menempel di ACE 2, maka pintu menuju tubuh manusia langsung terbuka," kata Liang Tao seorang peneliti dari Westlake University.
3. Vaksin corona
Pola ikatan antara protein S di COVID-19 dan ACE pada sel pernapasan, mirip dengan yang terjadi pada SARS-CoV-2. Kendati begitu peneliti yakin ada perbedaan asam amino yang mengikat protein S di COVID-19 dan ACE. Asam amino inilah yang mempengaruhi kelengketan virus pada sel pernapasan dan mudahnya terjadi penularan.
Asam amino inilah yang menimbulkan peluang diciptakannya vaksin corona atau metode pengobatan lainnya. Ada beberapa negara yang menyatakan sedang mencoba vaksin corona dalam berbagai tahapan. Namun belum ada yang mendapat izin digunakan pada manusia dan diproduksi massal.
Beberapa negara yang mencoba membuat vaksin corona adalah China, Amerika Serikat, Israel, Inggris, dan Indonesia. Vaksin corona di Indonesia disiapkan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, yang nantinya diproduksi melalui Institute of Tropical Disease (ITD).
Netizen Cemas Corona, #Indonesia_LockdownPlease Menggema: