Kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua terus mencari celah untuk bergerilya. KKB disebut merebut gereja di Distrik Tembagapura, Mimika, Papua untuk dijadikan markasnya.
Untuk diketahui, selama Sabtu (14/3) hingga Minggu (15/3) aparat TNI-Polri terlibat baku tembak. 4 anggota KKB tewas. Karena terdesak dan tak punya tempat singgah, mereka melakukan intimidasi sehingga warga akhirnya mengosongkan gereja.
"Gereja tersebut sebelumya ramai oleh masyarakat di Kampung Opitawak dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan ibadah, tapi sudah beberapa pekan belakangan semenjak KKB menebar teror di wilayah tersebut, masyarakat akhirnya harus mengalah," ujar Kapolsek Temabagapura AKP Hermanto kepada wartawan, Selasa (17/3/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masyarakat di Distrik Tembagapura, termasuk kampung Opitawak pun memilih mengamankan diri dari ancaman penindasan yang dilakukan KKB. Bahkan dikabarkan KKB membakar Gereja Kemah Injil Indonesia, Klasis Mimika, Jemaat Sinai, di Kawasan Opitawak, Tembagapura pada Kamis (12/3) lalu.
Meski teror ditebar, TNI-Polri tak gentar melakukan pengejaran. Dari baku tembak akhir pekan lalu pun polisi telat menyita 3 pucuk senjata rampasan.
Senjata api itu berjenis AK47, AR15, dan Thomson. Selain itu aparat juga berhasil mengamankan senjata tajam yakni 3 buah busur panah, 5 buah anak panah dan 1 buah Kampak
Berdasarkan penelusuran, AR 15 adalah senjata yang dirampas anggota KKB dari Polsek Pirime pada November 2012. Lalu AK 47 diketahui dirampas KKB dari Pos Kulirik Puncak Jaya pada Januari 2014. Satu senjata yang disita ialah Thompson.
TNI-Polri Buru Pelaku KKB di Papua:
Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw memastikan saat ini situasi di Tembagapura, Papua aman usai kontak tembak dengan KKB. Disinggung soal kemungkinan ada aksi balasan dari KKB, Paulus mengatakan siap mengantisipasi.
"Situs aman kondusif. Personel kita di sana sudah cukup, dan kami akan tindak mereka, " ujar Paulus di Mapolda Papua pagi tadi.
![]() |
Dari hasil identifikasi, 4 anggota KKB yang tewas adalah Pentium Muda Waker (45), Moni Waker (30), Lani Magai (30), dan seorang perempuan bernama Lera Magai (28). Keempatnya merupakan anak buah Lekagak Telenggen.
"Empat orang yang tewas adalah anak buah Lekagak Talenggen. Mereka mengklaim kalau yang meninggal adalah Jenderal dan panglima besar Lekagak Telenggen yang memimpin Operasi itu, makanya yang tewas ya dari anak buah Lekagak," papar Paulus.