Beda dari Moeldoko, Aktivis Papua: Peristiwa Paniai Sistematis

Beda dari Moeldoko, Aktivis Papua: Peristiwa Paniai Sistematis

Tiara Aliya Azzahra - detikNews
Rabu, 11 Mar 2020 20:45 WIB
Polisi
Foto hanya ilustrasi (Grandyos Zafna/detikcom)
Jakarta - Aktivis hak asasi manusia (HAM) Papua Yonew Douw meyakini peristiwa Paniai bersifat terencana dan sistematis. Begini alasannya.

Yonew Douw mengaku telah menganalisis peristiwa Paniai sejak 1 Desember hingga 8 Desember 2014. Melalui analisis ini, dia mengatakan setiap rentetan peristiwanya sangat sistematis dan terencana.

"Kasus Paniai itu tanggal 1 pra-peristiwa sampai terjadi tanggal 8 itu yang kita katakan kasus Paniai terencana, sistematis, rapi, dan terkendali. Sebelum saya masuk ke dalam itu, kita bisa melihat apa-apa yang terjadi sebelum peristiwa penembakan itu terjadi," jelas Yonew Douw di Kantor Amnesty International Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu (11/3/2020).



Menurut Yones Douw, pemerintah terkesan menutupi peristiwa tersebut.

"Karena begini, negara ini menyembunyikan kasus," sebut Yones Douw sambil menunjukkan presentasinya.

Moeldoko Sebut Peristiwa Paniai Tiba-tiba

Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut kejadian itu tidak terstruktur dan sistematis.

"Perlu dilihatlah yang benar. Paniai itu sebuah kejadian yang tiba-tiba. Harus dilihat dengan baik itu karena tidak ada kejadian terstruktur, sistematis. Nggak ada. Tidak ada perintah dari atas, tidak ada. Tidak ada kebijakan yang melakukan hal seperti itu, tidak ada," ujar Moeldoko di gedung Bina Graha, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (17/2).



Kala peristiwa itu terjadi, Moeldoko masih menjabat Panglima TNI. Moeldoko pun menjelaskan apa yang terjadi saat itu.

"Jadi supaya dilihatnya dengan cermat, jangan sampai nanti membuat kesimpulan yang tidak tepat. Kalau menurut saya apa yang dilakukan oleh satuan pengamanan saat itu adalah sebuah tindakan yang kaget tiba-tiba karena dia diserang masyarakat yang kaget begitu. Sehingga tidak ada upaya sistematis," ujar Moeldoko, yang menjabat Panglima TNI dari 2013 hingga 2015. (gbr/gbr)




Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads