Keris Pangeran Diponegoro Dikembalikan, Keaslian Dipertanyakan

Round-Up

Keris Pangeran Diponegoro Dikembalikan, Keaslian Dipertanyakan

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 11 Mar 2020 07:41 WIB
Naga Siluman di Keris Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro. (Dok pribadi sejarawan Sri Margana)
Keris Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro. (Dok pribadi sejarawan Sri Margana)
Jakarta -

Keris Pangeran Diponegoro bergelar Kiai Naga Siluman telah kembali ke Tanah Air. Kontroversi keotentikan pusaka itu sudah mulai muncul sejak hari pertama tampilnya keris itu ke muka publik Indonesia.

Senyampang kunjungan Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu MΓ‘xima, keris itu dipertontonkan di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3) kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keris yang sempat meninggalkan Tanah Jawa sejak 1830 itu ditempatkan dalam lemari kaca, berdiri terpisah dari warangka (sarung keris). Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang bersetelah jas biru terlihat sedikit membungkuk untuk mencermati detail keris itu.

ADVERTISEMENT
Keris Pangeran Diponegoro Dikembalikan, Keaslian DipertanyakanFoto: Andhika Prasetia/detikcom

Kontroversi dimulai dari keturunan ke-7 Pangeran Diponegoro, Roni Sodewo. Dia meragukan bahwa keris yang sudah dihadirkan di Istana Bogor itu adalah keris Kiai Naga Siluman. Dia melihatnya dari segi dhapur atau rancang bangun.

"Kalau melihat fisiknya (keris yang dikembalikan Pemerintah Belanda ke Indonesia) itu dhapur keris nagasasra, itu kalau bicara dhapur ya," papar keturunan ketujuh Pangeran Diponegoro, Roni Sodewo, kepada detikcom, sebelumnya.

Namun, Roni tidak memastikan bahwa keris yang dikembalikan tersebut bukan keris Diponegoro. Sebab bisa jadi, nama keris naga siluman sebagai milik Diponegoro selama ini tidak merujuk pada dhapur, tapi sebutan. Dalam tradisi Jawa, memang ada kebiasaan memanai benda-benda khusus dengan nama dan bahkan gelar sesuai kemauan pemiliknya.

Ada pula Kurator Museum Keris Nusantara di Solo, Ki Ronggajati Sugiyatno, yang meragukan kebenaran bahwa keris itu adalah Kiai Naga Siluman. Ki Ronggajati memaparkan sejumlah alasan yang membuatnya ragu. Dia menegaskan keris yang dikembalikan ke Indonesia tersebut adalah keris dhapur Nagasasra Kamarogan, bukan keris Kiai Naga Siluman.

"Tidak mungkin Pangeran Diponegoro tak bisa membedakan keris dhapur Nagasasra dengan keris dhapur Naga Siluman. Hal yang lebih tak mungkin lagi adalah Diponegoro memberi gelar atau nama keris dhapur Nagasasra dengan nama Naga Siluman karena dia pasti tahu bahwa Naga Siluman adalah dhapur tersendiri," papar Ki Ronggajati kepada detikcom.

Keraguannya juga didasari oleh analisis warangka atau sarung keris yang dipamerkan di Istana Bogor itu. Warangka itu berjenis Ladrangan Kagok gaya Surakarta. Untuk diketahui, warangka keris Jawa ada empat macam, yakni Ladrangan, Capu, Gayaman, dan Sandhang Walikat.

Diponegoro berasal dari Yogyakata, tidak mungkin menggunakan warangka keris Ladrangan Kagok gaya Surakarta sebegaimana warangan yang dipampang di Istana Bogor itu.

"Diponegoro itu pangeran dari Yogyakarta, tidak mungkin mengenakan keris dengan warangka gaya Surakarta. Seperti diketahui, beliau hidup adalah pada masa awal-awal pecahnya Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Pada masa itu, identitas-identitas atribut seperti itu sangat diperhatikan sebagai penanda khusus asal seseorang," tilik Ki Ronggojati.

Menjawab keraguan tersebut, sejarawan yang merupakan salah seorang verifikator penelitian tentang Keris Kiai Naga Siluman memaparkan keaslian keris itu.

"Saya sebagai verifikator ditugaskan memverifikasi apakah penelitian sejak 1984 hingga kemarin sudah akurat atau belum. Dengan mantap, saya bisa mengatakan bahwa mereka sudah cukup menghadirkan bukti arsip yang sangat kuat," kata anggota Tim Verifikasi Keris Pangeran Diponegoro, Sri Margana, kepada detikcom

Raja Belanda Serahkan Keris Pangeran Diponegoro ke Jokowi:

Margana yang merupakan sejarawan dari UGM ini mendasarkan identifikasi keris tersebut pada arsip bersejarah yang ditulis Sentot Alibasyah Prawiradiredja, panglima perang Diponegoro, yang ditulis menggunakan aksara dan bahasa Jawa pada Mei 1830, diterjemahkan ke Bahasa Belanda dan diberi deskripsi oleh pelukis kenamaan Raden Saleh. Deskripsi ditulis Raden Saleh berdasarkan pengamatan langsung terhadap Keris Kiai Naga Siluman itu. Arsip itu baru ditemukan tahun 2017.

"Raden Saleh memberi catatan dalam Bahasa Belanda, dituliskannya bahwa keris Naga Siluman itu punya luk berjumlah 11," kata Margana.

Keris itu datang ke Belanda sejak 1831 dan akhirnya disimpan di Museum Volkenkunde, Leiden. Nomor inventarisnya RV-360-8084. Nomor itu ada di bagian gagang dan bagian warangka (sarung keris). Di situ memang tidak disertai keterangan bahwa keris ini bernama Kiai Naga Siluman, namun hanya dituliskan bahwa pemilik sebelumnya adalah Pangeran Diponegoro.

Kemudian keris ini diidentifikasi dengan ciri-ciri fisik yang disampaikan Raden Saleh. Maka benarlah, keris bernomor RV-360-8084 inilah yang merupakan Keris Kiai Naga Siluman.

"Jadi dhapur (rancang bangun)-nya dhapur Nagasasra, tapi karakteristik yang membuat saya yakin itu Naga Siluman yakni pada bagian ganja (bagian pangkal dari bilah keris) ada gambar Naga Siluman," kata Margana.

Keris Pangeran Diponegoro Dikembalikan, Keaslian DipertanyakanSejarawan UGM Sri Margana (Usman Hadi/detikcom)

Selanjutnya, dia menunjukkan penampakan Naga Siluman pada keris itu. Dia menyebut Naga Siluman berbeda dengan naga yang terdapat pada keris Nagasasra biasanya. Bila keris Nagasasra berwujud naga bermahkota, maka Naga Siluman tidak bermahkota.

"Bentuk Naga Siluman ini adalah naga yang punya tangan, seperti naga China, tanpa mahkota, memiliki rambut panjang mirip singa. Bagian punggungnya terdapat semacam sirip," tutur Margana.

Keris Pangeran Diponegoro Dikembalikan, Keaslian DipertanyakanFoto: Naga Siluman di Keris Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro. (Dok pribadi sejarawan Sri Margana)
Halaman 3 dari 3
(dnu/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads