Hari Perempuan Sedunia: Sejarah Hingga Isu Kesetaraan Gender

Hari Perempuan Sedunia: Sejarah Hingga Isu Kesetaraan Gender

Lusiana Mustinda - detikNews
Minggu, 08 Mar 2020 16:55 WIB
Perempuan Disalbilitas Peringati Hari Perempuan Sedunia

Para pengunjung acara Perempuan Disabilitas mengikuti sejumlah rangkaian acara yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (8/3/2018). Aksi Perempuan Disabilitas ini digelar dalam rangka menyambut hari Perempuan Internasional. Grandyos Zafna/detikcom
Hari Perempuan Sedunia. Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

International Women's Day atau Hari Perempuan Sedunia hari ini menjadi sorotan. Google Doodle pun merayakan Hari Perempuan Sedunia pada tanggal 8 Maret 2020. Tidak hanya tokoh dunia, akan tetapi tokoh-tokoh perempuan hebat di Indonesia juga merayakannya.

Hari Perempuan Sedunia bermula dari aksi unjuk rasa di tahun 1909 dan kemudian dirintis oleh kaum sosialis di Amerikat Serikat. Tahun ini isu keseteraan wanita kembali diangkat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Berikut seputar Hari Perempuan Sedunia 2020:

Sejarah

Sejarah Hari Perempuan Sedunia yang dikutip dalam situs Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) peringatan Hari Perempuan Sedunia ini dilakukan pertama kali pada 28 Februari 1909 di New York, Amerika Serikat untuk memperingati setahun berlalunya demonstrasi kaum perempuan setahun sebelumnya di New York.

Gerakan tuntutan hak oleh kaum perempuan tahun 1908 ini dilatarbelakangi oleh para pekerja pabrik garmen. Mereka menuntut hak berpendapat dan berpolitik.

Pada tahun 1910, organisasi sosialis internasional berkumpul di Kopenhagen untuk menetapkan Hari Perempuan. Usul ini disepakati oleh 100 perempuan dari 17 negara. Namun belum ditetapkan soal tanggal berapa hari tersebut diperingati.

Tahun berikutnya, Hari Perempuan Internasional ditandai pada 19 Maret dan diperingati di Austria, Jerman, Swis, dan Denmark. Lebih dari 1 juta perempuan dan laki-laki ikut terlibat.

Pada kurun waktu 1913-1914, Hari Perempuan Internasional dipakai sebagai gerakan penolakan Perang Dunia I. Di sejumlah negara Eropa, Hari Perempuan Internasional dipakai untuk memprotes perang dunia atau sebagai aksi solidaritas sesama wanita.

Pada tahun 1917, para perempuan Rusia memprotes perang dengan gerakan bertajuk 'Roti dan Perdamaian' pada hari Minggu terakhir di bulan Februari. Hari tersebut bertepatan dengan tanggal 8 Maret di kalender Masehi. 4 hari kemudian, Tsar Rusia memberikan hak untuk memilih untuk para perempuan.

Hingga akhirnya pada tahun 1975, untuk pertama kalinya PBB memperingati Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret. Sejak saat itulah pada tanggal ini diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional.

Google Doodle

Hari ini tepat pada 8 Maret 2020, Google Doodle tampak berbeda. Memperingati Hari Perempuan Sedunia, tampak gambar wanita dengan peran yang berbeda-beda. Meski wanita, tetapi keahliannya tidak berbeda dengan pria dan sama-sama memiliki peluang sukses di dalam pekerjaan apapun.

Isu Kesetaraan Gender

Di tahun 2020 ini Hari Perempuan Sedunia mengangkat isu #EachforEqual. Dalam situs resmi International Women's Day mengungkapkan alasan mengapa #EachforEqual menjadi isu yang kembali dibahas tahun 2020. Dalam situs tersebut dijelaskan "Dunia yang setara adalah dunia yang memungkinkan untuk melakukan apapun. Kesetaraan bukan hanya isu wanita tapi juga isu bisnis. Kesetaraan gender sangat penting untuk perkembangan ekonomi dan masyarakat. Dunia yang setara secara gender bisa jadi lebih sehat, kaya dan harmonis."

Hari Perempuan Sedunia merupakan hari dimana dirayakannya pencapaian wanita dalam berbagai bidang dari mulai sosial, ekonomi, budaya hingga politik.

(lus/erd)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads