Corona Makin Mengancam Korea Selatan, Presiden Nyatakan Pertempuran

Round-Up

Corona Makin Mengancam Korea Selatan, Presiden Nyatakan Pertempuran

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 03 Mar 2020 22:07 WIB
Wabah virus corona turut membuat kota Daegu di Korea Selatan menjadi sepi. Berbagai aktivitas di kota itu pun dihentikan untuk sementara waktu.
Penanganan Corona di Korea Selatan (AP Photo)
Jakarta -

Korea Selatan (Korsel) pertama kali mengkonfirmasi kasus pertama virus Corona atau COVID-19 pada 20 Januari lalu. Per hari ini Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in mengumumkan kondisi perang melawan virus asal Kota Wuhan, China, tersebut.

Seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (3/3/2020), Moon menyerukan perang melawan Corona karena jumlah pasien Corona terus bertambah di negeri itu. Hingga kini, jumlah kasus Corona di Korsel telah mendekati angka 5.000, atau terbesar di dunia selain China sendiri.

"Seluruh negeri telah memasuki perang dengan penyakit menular ini," kata Moon seraya memerintahkan semua badan pemerintah untuk beroperasi selama 24 jam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Moon mengatakan pemerintah akan menyuntikkan dana lebih dari 30 triliun won ke sektor perekonomian untuk mengatasi situasi parah yang diakibatkan oleh wabah ini.

Peningkatan tajam jumlah kasus Corona di Korsel telah menyebabkan banyak acara, dari konser K-pop hingga event olahraga, dibatalkan atau ditunda. Libur sekolah-sekolah dan Taman Kanak-kanak di seluruh Korsel juga diperpanjang hingga tiga pekan mendatang.

ADVERTISEMENT

Dilansir kantor berita China, Xinhua News Agency, Selasa (3/3/2020), Korsel menjadi satu dari empat negara dengan kasus virus Corona terbanyak di luar China daratan. Selain Korsel, tiga negara lainnya adalah Italia, Iran, dan Jepang.

"Wabah di Republik Korea, Italia, dan Iran, dan Jepang menjadi kekhawatiran terbesar kita," sebut Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, pada Senin (2/3) waktu setempat. Pernyataan Tedros ini juga dilansir oleh situs resmi PBB.

Ditegaskan WHO bahwa langkah agresif diperlukan untuk menghentikan penyebaran dan menyelamatkan nyawa. Hingga hari ini, waktu setempat, otoritas Korsel mengkonfirmasi 4.812 kasus dengan 34 orang meninggal dunia.

"Dengan langkah-langkah agresif sejak dini, negara-negara bisa menghentikan penyebaran dan menyelamatkan nyawa," tegas Tedros.

Sebagian besar kasus virus Corona di Korsel, ungkap Tedros, diyakini muncul dari kasus-kasus 'suspect' dari lima cluster yang ada di negara tersebut, bukan menyebar luas di tengah masyarakat. Ini mengindikasikan bahwa langkah-langkah pemantauan telah bekerja dan wabah masih bisa ditangani di dalam negara tersebut.

"Mengetahui dan memahami wabah di wilayah Anda menjadi langkah pertama untuk bisa mengalahkannya. Situasi di Korea (Selatan) juga menggarisbawahi bahwa ini merupakan virus yang unik dengan fitur-fitur unik. Virus ini bukan influenza," tutur Tedros.

"Jika ini merupakan wabah influenza, kita sudah memperkirakan adanya penyebaran secara luas di tengah masyarakat saat ini, dan upaya-upaya untuk mengatasinya tidak mungkin bisa dilakukan dengan mudah. Tapi penanganan COVID-19 bisa dilakukan dan harus tetap menjadi prioritas utama bagi seluruh negara," imbuhnya.

Halaman 2 dari 2
(aud/aud)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads