"Setiap hujan besar, terkena banjir. Hal ini terjadi sampai sekarang karena underpass Kemayoran tidak dirancang permukiman. Awalnya ini adalah bandar udara. Sistem drainase di situ belum direncanakan untuk permukiman. Sekarang rumah permukiman. Kalau terjadi hujan, seluruh air masuk ke wilayah tersebut," kata Kasubdit Perencanaan Direktorat Sungai dan Pantai PUPR Bambang Heri Mulyono di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Jumat (28/2/2020).
Bambang menyebut air yang masuk ke underpass Kemayoran seharusnya dialirkan semua ke Waduk Kemayoran. Lalu, kata Bambang, aliran tersebut dipompa menuju kali Sunter.
"Drainase di Kemayoran, hampir semua air masih menuju underpass Kemayoran. Ada sebagian yang dialirkan ke Waduk Kemayoran di pompa ke Kali Sunter. Sistem drainase belum terencana untuk Kemayoran," katanya.
Bambang menyebut pihaknya akan menyiapkan pompa Sentiong guna menyedot air yang masuk di underpass Kemayoran. Hal itu dilakukan, katanya, agar tidak terjadi banjir yang berulang.
"Nanti kami akan menyiapkan pompa Sentiong, sehingga daerah ini (underpass Kemayoran) tidak akan banjir. Semua air di sekeliling underpass Kemayoran bisa langsung disedot masuk dan dialirkan lebih lanjut," ujarnya.
Seperti diketahui, underpass Kemayoran sering mengalami banjir sejak awal 2020 dengan ketinggian air mencapai 7 meter. Terbaru, pada 25 Februari, underpass Kemayoran kembali terendam banjir.
Anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan RW 12, Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, Budiayatno, mengatakan banjir di underpass Kemayoran yang baru saja terjadi merupakan yang terparah. Budi menuturkan underpass Kemayoran pada 2020 ini sudah kebanjiran tujuh kali.
"Sudah sering, di tahun 2020 ini sudah hampir 6-7 kali (banjir) underpass ini banjir," ujar Budi saat berbincang dengan detikcom di Jalan Convair, Kebon Kosong, Kemayoran, Jakpus, Selasa (25/2/2020).
(rfs/rfs)