Polusi Udara di Cilegon Disorot Leonardo DiCaprio, Bagaimana Kondisinya?

Polusi Udara di Cilegon Disorot Leonardo DiCaprio, Bagaimana Kondisinya?

M Iqbal - detikNews
Jumat, 28 Feb 2020 17:05 WIB
PLTU Suralaya di Cilegon, Banten (M Iqbal/detikcom)
PLTU Suralaya di Cilegon, Banten (M Iqbal/detikcom)
Cilegon -

Aktor Leonardo DiCaprio mem-posting sebuah foto berlatar belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, Cilegon, Banten. Foto itu kemudian dibumbui penjelasan soal polusi udara yang disebabkan oleh pembakaran energi fosil. Sebenarnya bagaimana kondisi udara di Cilegon?

Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara tersebut berada di Kecamatan Pulomerak, letaknya berada di pesisir Cilegon. Tak jauh dari lokasi pembangkit, ratusan warga Suralaya bermukim di sekitar lokasi.

Pertumbuhan pabrik-pabrik petrokimia tumbuh pesat di Cilegon. Industri petrokimia dan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar energi fosil berdampak pada penurunan kualitas udara. Sisi positifnya, berdirinya pabrik-pabrik itu membuka kesempatan kerja dan peningkatan ekonomi bagi daerah. Namun kualitas udara menjadi pertaruhan akibat emisi gas buang dari industri dan kendaraan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Laporan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cilegon pada 2019 menyebutkan pertumbuhan industri dan kendaraan bermotor mengakibatkan menurunnya kualitas udara dari tahun ke tahun.

"Polusi udara yang berasal dari emisi gas buang kendaraan serta industri menjadi penyebab utama menurunnya kualitas udara Kota Cilegon," tulis laporan DLH dalam Dokumen Informasi Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kota Cilegon Tahun 2019 seperti dikutip detikcom, Jumat (28/2/2020).

ADVERTISEMENT

Pengembangan kawasan industri berdasarkan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cilegon No 3 Tahun 2011 menyebut dua kecamatan menjadi pusat pengembangan kawasan industri, yakni Pulomerak dan Ciwandan.

"Adanya rencana pengembangan industri menjadi salah satu pemicu akan terjadi penurunan kualitas udara di Kota Cilegon. Hal tersebut diakibatkan oleh sisa/limbah aktivitas industrinya sendiri maupun emisi dari bangkitan lalu lintas yang terjadi pada sekitar wilayah industri nantinya," papar dokumen tersebut.

Salah satu faktor penekan kualitas udara di Cilegon adalah penggunaan bahan bakar. Asap penggunaan bahan bakar mengakibatkan penurunan kualitas udara. Dalam tabel penggunaan bahan bakar industri, solar menjadi bahan bakar terbanyak yang dipakai industri kimia dasar pada 2018 mencapai 172 ribu ton.

Penggunaan bahan bakar itu menyebabkan polusi udara. Sebab, sisa pembakaran solar dari mesin, bila bercampur udara, akan membentuk sulfur dioksida (SO2). Ketika SO2 tercampur dengan uap air, akan terjadi susunan asam yang membahayakan bagi tubuh.

"Selain solar, tingginya penggunaan bahan bakar dapat menimbulkan emisi yang berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan, seperti SO2, CO, NO2, dan debu," tulisnya.

Industri yang menggunakan cerobong asap dengan ketinggian lebih dari 40 meter di Cilegon di antaranya PT Krakatau Daya Listrik, PT Chandra Asri Petrochemical, PT Cigading Pembangkit Listrik, PT Indonesia Power unit 1-7, dan PT Krakatau Steel.

Kepala Seksi Pengendalian Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon Andi Rana membenarkan kualitas udara di Cilegon tiap tahun semakin turun. Penurunan itu disebabkan dua faktor, yakni transportasi dan industri.

"Iya betul, jadi memang ada penurunan kualitas udara dan faktornya tidak hanya dari industri ya, tapi dari transportasi juga. Jadi sekarang di dalam kota pun nilai SO2-nya tinggi," kata Andi Rana kepada detikcom, Jumat (28/2/2020).

Hampir seluruh industri padat modal di Cilegon menggunakan batu bara untuk mengoperasikan mesin produksi. Terlebih, kata dia, pembangkit yang mengalirkan listrik ke industri.

"Rata-rata pakai (bahan bakar) fosil, di sini jarang yang pakai gas. KS (Krakatau Steel) batu bara, Chandra Asri dia pakai listrik. Yang pakai batu bara rata-rata pembangkitnya kayak Asahimas pembangkit PLTU-nya pakai batu bara. Pabrik gula di Ciwandan boiler-nya pakai batu bara. IP (Indonesia Power) 1-7 pakai batu bara," tuturnya,

Penggunaan cerobong asap dengan bahan bakar residu, solar, dan batu bara menghasilkan emisi udara. Tidak bisa dimungkiri, keberadaan industri, selain membuka kesempatan kerja bagi masyarakat, juga berdampak pada penurunan kualitas udara di Cilegon.

View this post on Instagram

From @yaleenvironment360: The economic and health costs of air pollution from burning fossil fuels totaled $2.9 trillion in 2018, calculated in the form of work absences, years of life lost, and premature deaths, according to a new report. The cost represents 3.3 percent of global GDP, or about $8 billion per day. The study, the first of its kind to quantify the global impacts of air pollution caused by burning fossil fuels, focused on the health impacts of three specific types of pollutants: Nitrogen dioxide, ozone, and fine particulate matter. It also included a regional breakdown of air pollution impacts. The researchers found that the most premature deaths from fossil fuel-related air pollution in 2018 were in mainland China (1.8 million), India (1 million), and the United States (230,000). As a result, those three countries also faced the highest annual costs: $900 billion in China, $600 billion in the U.S., and $150 billion in India. To learn more, click the link in @yaleenvironment360's bio. Photo credit: Ulet Ifansasti / Greenpeace

A post shared by Leonardo DiCaprio (@leonardodicaprio) on Feb 23, 2020 at 12:08pm PST

Halaman 2 dari 2
(jbr/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads