Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut hampir 100 persen banjir di Jakarta surut. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyebut masih ada 6.309 jiwa mengungsi.
"Total Pengungsi saat ini: 1.700 KK, 6.309 jiwa yang berada di 59 lokasi pengungsi, yaitu: Jakarta Pusat 2 lokasi, Jakarta Utara 27 lokasi, Jakarta Barat 7 lokasi, Jakarta Timur: 23 lokasi," ucap Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan (BPBD) DKI Jakarta Mohammad Insyaf dalam keterangannya, Selasa (26/2/2020).
Data tersebut merupakan data yang dikumpulkan oleh BPBD DKI Jakarta sampai pukul 18.00 WIB. Disebutkan, ada 15 RW yang masih tergenang air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta, hingga pukul 18.00 WIB, terdapat 15 RW (0,55 % RW di DKI Jakarta) dengan ketinggian banjir maksimal 50 cm di Pejagalan," ucap Insyaf.
Diketahui, pada Selasa (25/2), terjadi hujan lebat dari malam sampai pagi hari. Jadi, beberapa wilayah mengalami banjir cukup parah.
"Curah hujan sangat lebat hingga ekstrim yang terjadi di wilayah DKI Jakarta dengan curah hujan tertinggi yang terukur oleh stasiun BMKG sebesar 278 mm/hari di Stasiun Meteorologi Kemayoran, sehingga menyebabkan beberapa pintu air mengalami kenaikan status siaga dan sungai meluap," kata Insyaf.
Sebelumnya, Gubernur Anies Baswedan menyebut sebagian besar wilayah yang sebelumnya banjir kini sudah surut. Malam ini, menurut Anies, seluruh wilayah Jakarta akan kering.
"Jadi, kemarin, tanggal 25 Februari ada 294 RW, yang tergenang, ditanggal 26 (Februari) jam 15.00 sore tadi itu bisa dibilang 100 persen. (Cuma tinggal) ada 5 titik yang dalam proses penyurutan. Mungkin malam ini sudah surut karena surutnya cepat," ucap Anies kepada wartawan di Ancol, Jakarta Utara.
Meski air sudah surut, ada pos-pos pengungsian yang dibangun. Pos itu menjadi tempat masyarakat mengungsi sambil mereka membersihkan sisa banjir di rumah.
"Pos-pos sendiri masih berfungsi karena warga masih bolak balik rumah dan pos ini berbeda. Kalau bencana pengungsian gempa misalnya, warga memang harus menetap di pos karena rumahnya tidak bisa digunakan, kalau ini proses pembersihan sehingga masih bisa bolak-balik," kata Anies.