Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menghadiri rapat dengan Komisi VI DPR pada hari Senin kemarin. Dalam rapat itu, KPPU ditagih mengenai aduan soal dugaan predatory pricing industri semen.
Sosok yang menagih mengenai aduan itu adalah anggota Komisi VI DPR AndreRosiade. Politikus asal Sumatera Barat ini mempertanyakan mengenai aduan dia pada bulan Agustus 2019, yang menurutnya belum juga mendapatkan respons.
"Saya mau hadir gara-gara KPPU nih. Saya ini melapor ke bapak bulan Agustus. Ini sudah mau bulan Maret. Ini anggota DPR komisi VI yang lapor. Ini anggota DPR saja lapor ini, lebih dari setengah tahun, ini belum ada kejelasan. Bagaimana kalau rakyat yang melapor. Ini anggota komisi VI lho yang menentukan anggaran, yang menentukan bapak dipilih lagi apa enggak," kata Andre dalam rapat dengan KPPU di Komisi VI DPR, Selasa (25/2/2019) kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andre kemudian mengulas mengenai kesepakatan pemerintah untuk melakukan morotarium pabrik semen baru, kecuali di Papua. Morotarium itu dilakukan kaarena surplusnya pasokan semen.
"Artinya apa? Pemerintah sepakat untuk berbenah, untuk memperbaiki diri, untuk melindungi industri semen kita. Karena praktek predatory pricing," kata Andre.
"Bapak tahu? Produksi semen dunia ini 4 miliar ton. Dua miliar ton di antaranya diproduksi China. Lalu sekarang ekonomi China menurun, kemudian mereka melakukan praktek menjual murah. Supaya apa? Supaya industri dalam negeri berbagai negara hancur. Nanti mereka akan membeli industri itu dengan harga murah," sambungnya.
Andre lantas menyindir anggota KPPU yang menurutnya sangat kesulitan menemukan kejanggalan dari dugaan predatory pricing itu.
"Ini soal keberpihakan pak, di mana letak nasionalisme bapak. Kalau laporan swasta cepet, tapi kalau laporan BUMN, industri nasional, lama gitu lho. Ini mau kerja untuk kepentingan negara, atau untuk kepentingan swasta, asing," sindir Andre.
Apresiasi Kepala BKPM
Dalam rapat di komisi VI pada hari yang sama, anggota dewan juga menggelar pertemuan dengan Kepala BKPM Bahlil Lahadahlia. Dalam kesempatan ini, Andre memberikan apresiasi kepada Bahlil mengenai morotarium yang dilakukan pemerintah untuk pembangunan pabrik semen baru.
"Pak Bahlil yang saya hormati, pertama saya apesiasi dulu. Pak Bahlil sudah berhasil dalam ratas bersama presiden, sudah ada komtimen dari sidang kabinet mengenai morotarium pembangunan pabrik semen baru. Saya ingin mendengar secara resmi juga dari bapak," kata Andre.
Selanjutnya, Andre berharap kepala BKPM melakukan gebrakan dalam urusan investasi. Gebrakan yang tidak hanya 'menganakemaskan' investor baru, namun juga merawat investor lama.
"Bahwa ke depan kebijakan ekonomo BKPM hrus mengutungkan masyarakat Indonesia. Kita tahu Indonesia butuh invetasi. Memang perlu ada investor baru, tapi jangan sampai investor lama itdak diperhatikan, tolong diperhatikan. Kita jangan lupa merawat investor yang sudah puluhan tahun di Indonesia," tutur Andre.
(fjp/fjp)