Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyoroti perkembangan riset dan teknologi di Indonesia yang masih rendah. Dia mengatakan, rendahnya perkembangan riset dan teknologi itu lantaran inovasi di Indonesia juga masih rendah.
"Menurut laporan GII (Global lnnovation Index) tahun 2019, Indonesia berada peringkat ke-85 dari 129 negara di dunia dan peringkat kedua terendah di di ASEAN. Indikator terburuk adalah lemahnya institusi," kata Ma'ruf dalam sambutannya di pembukaan rapat kerja BPPT, di Kantor BPPT, Jakarta Pusat, Senin (24/2/2020).
Tak hanya inovasi yang masih rendah. Ma'ruf mengatakan jumlah peneliti di Indonesia pun masih rendah dibanding negara tetangga seperti Vietnam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain itu, jumlah peneliti Indonesia hanya 89 orang per juta penduduk, dibandingkan dengan Vietnam jumlah peneliti 673 per juta penduduk," ujarnya.
Simak Video "Tingkat Kepuasan Kinerja Ma'ruf Jauh Lebih Rendah dari Jokowi"
Padahal, kata Ma'ruf, alokasi anggaran untuk penelitian dan pengembangan riset dan teknologi di Indonesia cukup tinggi dibandingkan Filipina dan Vietnam.
"Menurut Global lnnovation Index (GII) tahun 2018, dari sisi anggaran penelitian dan pengembangan, alokasi anggaran Indonesia sekitar Rp 27triliun, lebih besar dibanding Filipina sekitar Rp 12triliun dan Vietnam sekitar Rp 24 triliun," kata Ma'ruf.
Lebih lanjut, Ma'ruf pun menyoroti asal pembiayaan tersebut. Dia mengatakan, anggaran untuk penelitian dan pengembangan riset dan teknologi di Indonesia justru didominasi oleh pemerintah. Hal itu, kata Ma'ruf berbeda dengan negara-negara di ASEAN yang pembiayaannya didominasi swasta.
"Di Indonesia, alokasi terbesar didominasi pembiayaannya oleh Pemerintah, sedangkan di negara ASEAN didominasi oleh industri," pungkas dia.