Seorang wanita berusia 36 tahun bernama Yuyu tengah duduk di depan rumah warga melihat genangan banjir setinggi 20 cm. Dia merupakan warga RT 4, RW 7, Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan.
Yuyu ketika itu tengah menanti air banjir surut. Yuyu mengaku banjir hari ini merupakan yang ketiga kalinya menimpa RW 7, Rawajati di 2020.
"Banjir 2020 ini yang tiga kali yang besar," ujar Yuyu saat berbincang dengan detikcom, Kamis (20/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuyu, yang mengaku sudah tinggal puluhan tahun, pasrah dengan banjir yang kerap menimpa daerahnya. Terlebih, RW 7, Rawajati terletak di bantaran Kali Ciliwung.
"Iya, emang langganan tiap tahun, tiap awal tahun," kata dia.
Ibu dua anak itu mengaku tetap betah tinggal di Rawajati meski setiap tahun rumahnya harus terendam banjir. Alasannya simpel, rumah yang ditempatinya merupakan peninggalan orang tua.
"Saya rumah warisan sih di sini. Pindah juga sayang. Lagian di sini yang ngontrak pada betah. Tau', pada betah," ucap dia.
Sambil mengingat-ingat, Yuyu bercerita kalau banjir paling parah terjadi pada 2007. Dia bahkan harus mengungsi selama satu bulan.
"2007 kali yang benar-benar sebulan. Jadi banjir lagi, banjir-surut. Sebulan ngungsi," ujar dia dengan logat Jakarta yang kental.
Yuyu menceritakan setiap akan terjadi banjir, warga juga selalu diberi pengumuman oleh pihak kelurahan. Hal itu juga membantu warga untuk mengamankan barang berharga masing-masing.
"Ya, udah beradaptasi kita mah udah nggak kaget kalau mau datang air. Soalnya kalau mau ada banjir ada pengumuman dulu. Jadi kita sudah waspada. Udah siap-siap," kata dia.
Biasanya, Yuyu mengamankan barang-barangnya di plafon rumah. Semua barang yang dianggapnya berharga masuk semua di sana.
"Masukin semuanya, baju-baju mesin cuci, perabotan dapur, kasur semuanya. Masuk Alhamdulillah," ujar dia.
Yang menjadi keluhan Yuyu hanya satu, bersih-bersih rumah pascabanjir surut. "Sakitnya itu habis bersih-bersih pas surut. Badan pada pegel," kata dia.