Ambon 3.089 Kali Gempa Susulan Sejak September 2019, Ini Analisis BMKG

Ambon 3.089 Kali Gempa Susulan Sejak September 2019, Ini Analisis BMKG

Idham Kholid - detikNews
Selasa, 11 Feb 2020 20:24 WIB
Sesar aktif diperkirakan sepanjang 42 km.
Sesar aktif diperkirakan sepanjang 42 km. (Dok BMKG)
Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat 3.089 gempa susulan terjadi di Ambon sejak 26 September 2019 hingga hari ini. BMKG mengungkap keberadaan sesar aktif berarah selatan-utara antara Ambon dan Haruku.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan monitoring BMKG terhadap aktivitas gempa susulan (aftershocks) di Ambon masih terus dilakukan hingga kini. Hari ini, Selasa (11/2/2020), masih terjadi gempa berkekuatan magnitudo 3,2 yang dirasakan dalam skala intensitas II MMI di Kecamatan Kairatu.

"Secara keseluruhan, BMKG mencatat sejak 26 September 2019 di Ambon telah terjadi gempa susulan sebanyak 3.089 kali dan 337 kali di antaranya gempa susulan yang dirasakan guncangannya oleh masyarakat," kata Daryono dalam keterangan tertulis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Frekuensi dan Magnitudo Menurun

Daryono mengatakan hasil monitoring BMKG terkini menunjukkan magnitudo dan frekuensi gempa Ambon sudah menurun. Data menunjukkan gempa susulan berkekuatan M 5,0 terakhir kali di Ambon terjadi pada 12 November 2019. Sedangkan gempa susulan berkekuatan M 4,0 terakhir kali terjadi pada 6 Desember 2019.

ADVERTISEMENT

"Berdasarkan fakta data tersebut di atas, tampak bahwa sejak awal Desember 2019 di Ambon hanya terjadi aktivitas gempa kecil berkekuatan M 3,0 tetapi karena kedalamannya sangat dangkal dan relatif dekat permukiman penduduk maka dapat dirasakan guncangannya," ujarnya.

Saking dangkalnya hiposenter, lanjut Daryono, gempa dengan kekuatan M 2,0 pun di Ambon dapat dirasakan. Bahkan gempa terkecil yang pernah terjadi dan dapat dirasakan di Ambon memiliki kekuatan M 1,6 yang berpusat di Teluk Ambon pada 7 Oktober 2019.

"Seperti halnya di Lombok, hingga saat ini di Ambon sudah memasuki periode post seismik. Namun demikian, gempa susulan berkekuatan kecil masih berpotensi terjadi," ucapnya.

Tonton juga Penjelasan BMKG Soal Curah Hujan Tinggi di Wilayah Indonesia :

Banyak Gempa Susulan

Daryono menjelaskan aktivitas gempa susulan di Ambon termasuk fenomena langka. Hal ini karena dengan gempa utama (mainshock) yang 'hanya' berkekuatan M 6,5 tetapi diikuti oleh serangkaian gempa susulan yang jumlahnya sangat banyak.

Dia menambahkan ada beberapa penyebab gempa susulan di Ambon sangat banyak. Pertama, adanya 'triggered off-fault seismicity', yaitu munculnya aktivitas gempa-gempa yang jumlahnya banyak karena terpicu di jalur sesar yang berada di luar bidang sesar gempa utama.

"Jika kita mencermati sebaran aktivitas gempa Ambon tampak bahwa aktivitas gempanya tidak hanya terjadi di zona sesar utama saja, tetapi tersebar pada beberapa klaster dalam wilayah yang luas," ujarnya.

Saat terjadi gempa utama pada 26 September 2019, katanya, ternyata gempa itu sanggup memicu aktifnya beberapa percabangan sesar (fault splay) dan segmen sesar lain yang ada di sekitar sesar utama. Jadi, zona aktivitas gempa menjadi semakin luas dan gempa terus terjadi di berbagai segmen aktif.

"Hasil relokasi episenter gempa susulan menggunakan data BMKG yang terpilih sebanyak 537 gempa susulan menunjukkan adanya beberapa kluster episenter," tuturnya.

Daryono memaparkan klaster utama adalah klaster aktivitas gempa susulan produk sesar utama yang mencakup di dalamnya episenter gempa utama. Klaster ini paling aktif berarah hampir selatan-utara dan terletak di antara Ambon dan Haruku dengan episenter dominan terletak di laut.

Sementara itu, klaster sekunder adalah klaster aktivitas gempa susulan yang tersebar di luar klaster utama. Klaster ini berada di Pulau Ambon, Kairatu, dan selatan Haruku.

"Kedua, kondisi batuan di zona gempa Ambon memiliki karakteristik rapuh (brittle) dan tidak elastis (ductile) sehingga mudah mengalami rekahan (rupture) yang menyebabkan terjadinya banyak aktivitas gempa susulan," ucapnya.

Ketiga, lanjutnya, gempa Ambon memiliki 'stress drop' yang rendah. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, gempa dengan 'stress drop' yang rendah maka cenderung akan memproduksi gempa susulan yang lebih banyak.

Sesar Aktif Baru

Daryono menjelaskan hasil pemetaan BMG terkait sebaran pusat gempa susulan, selain dapat menjawab adanya fenomena banyaknya aktivitas gempa yang terpicu di luar bidang sesar utama, juga memberi petunjuk keberadaan sesar aktif baru.

Aktivitas gempa merupakan penanda aktifnya sebuah sesar. Sebaran gempa susulan menunjukkan bidang rekahan batuan (rupture). Jika sebaran pusat gempa membentuk pola kelurusan, maka ini merupakan salah satu indikasi adanya sesar aktif.

"Sebaran aktivitas gempa susulan di Ambon pada kluster utama dengan pola kelurusan yang hampir berarah selatan-utara yang terletak di antara Ambon dan Haruku mencerminkan adanya aktivitas sesar aktif di antara Ambon dan Haruku dengan panjang diperkirakan sekitar 42 km," terangnya.

Untuk mengidentifikasi strukturnya, Daryono memaparkan maka perlu dilakukan upaya identifikasi struktur sesar di dasar laut antara Ambon dan Haruku.

"Identifikasi sesar aktif ini sangat penting untuk menyusun peta sesar aktif baru yang nantinya dijadikan sebagai acuan kajian bahaya dan risiko gempa bumi dan tsunami di Ambon dan sekitarnya," pungkasnya.

Halaman 2 dari 3
(idh/hri)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads