Saat Tentara AS Selamatkan 30 Ribu Nasionalis China

Mesin Waktu

Saat Tentara AS Selamatkan 30 Ribu Nasionalis China

Pasti Liberti Mappapa - detikNews
Senin, 10 Feb 2020 17:45 WIB
Proses evakuasi di Pulau Tachen (US National Archieves)
Foto: Proses evakuasi di Pulau Tachen (US National Archieves)
Jakarta -

Tepat 65 tahun lalu, Armada ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat mulai mengevakuasi hampir 30 ribu pasukan dan orang sipil dari Pulau Tachen yang hanya berjarak 14 mil dari China daratan.

Mereka yang dievakuasi merupakan para simpatisan dan tentara kaum nasionalis China bagian dari perang sipil antara kaum komunis melawan nasionalis beberapa tahun sebelumnya.

Evakuasi ini mengikuti kesepakatan pertahanan antara AS dengan kaum China Nasionalis di Formosa yang kini disebut Taiwan. Perjanjian tersebut baru disetujui Komite Hubungan Luar Negeri Senat dua hari sebelum dimulainya pendaratan pasukan AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendaratan pasukan AS ke Pulau Tachen dimulai gerakan grup anggota marinir pada 6 Februari. Rear Admiral Lorenzo S. Sabin memimpin grup amfibi itu untuk melindungi proses evakuasi. Para prajurit marinir ini baru saja menyelesaikan operasi di Saigon, Vietnam.

"Kami masuk dengan moncong senapan yang siap sedia meletus," ujar Admiral Sabin seperti yang dikutip The New York Times. "Kami bukan masuk untuk memulai menembak, namun kami disiapkan untuk membalas jika diserang."


Proses pendaratan ini tidaklah mudah. Pasukan Republik Rakyat China telah menebar ranjau laut di perairan pulau yang terletak 210 mil di sebelah utara Taiwan tersebut. Selain itu menurut Laksamana Sabin ancaman besar lain berasal dari kapal selam dan pesawat tempur angkatan bersenjata China.

China daratan memang mengecam keterlibatan AS dalam evakuasi tersebut. Lewat siaran radio, pemerintah RRC menyatakan aktivitas tersebut akan mengobarkan sebuah perang besar. "Aksi partisipasi (AS) ini tidak hanya provokasi perang pada RRC, namun sebuah ancaman yang sungguh pada perdamaian di Timur Jauh."

AS tak mengindahkan kecaman itu. Armada ke-7 tetap mengirimkan kapal pendahulu untuk membersihkan jalur evakuasi di sebelah timur pulau. Namun Angkatan Laut AS juga sangat hati-hati agar tidak terjadi gesekan langsung dengan militer RRC.

Panglima Armada ke-7 Vice Admiral Alfred M. Pride seperti yang dikutip The Times mengatakan, "Pilot-pilot kami diperintahkan menghindari melakukan aksi provokatif serta tidak melintas di teritori RRC sepanjang tidak ada aksi terbuka yang dilakukan RRC."

Evakuasi akhirnya dimulai pada 10 Februari dan selesai dalam waktu satu hari. BBC menyebut sebanyak 132 kapal laut dan 400 kapal terbang digunakan untuk mengangkut 14.500 orang sipil, 10 ribu tentara, dan 4 ribu orang gerilyawan. Belum lagi sekitar 40 ribu ton peralatan militer.

Pasukan terakhir yang meninggalkan pulau tersebut juga membakar instalasi dan alat militer yang tak mungkin dibawa. Tiga hari setelah evakuasi berakhir pasukan RRC menduduki pulau tersebut.

Halaman 2 dari 3
(pal/dnu)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads