Tepat 23 tahun lalu, pengadilan di Inggris memenangkan permohonan seorang janda bernama Diane Blood yang ingin memperoleh anak menggunakan sperma suaminya Stephen yang telah meninggal dunia.
Cerita ini berawal dari keinginan pasangan yang sudah tiga tahun menikah ini memiliki anak. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, Februari 1995 Stephen terkena meningitis. Dengan cepat, kondisinya makin memburuk bahkan kemudian sekarat.
Dilansir The Guardian, Diane yang tengah panik mengingat percakapan dengan suaminya soal anak. Setelah meminta persetujuan keluarga besar, dengan gentar dia mendekati dokter meminta sperma Stephen diambil. Dokter yang belum pernah menerima permohonan sejenis jadi bingung. Namun, tak ada alasan untuk menolak permintaan Diane itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokter akhirnya mengambil dua sampel sperma sebelum Stephen wafat. Diane mengatakan saat itu dirinya hanya bertindak untuk menjaga "kemungkinan" memiliki anak. Perempuan yang saat itu berusia 30 tahun itu baru menjajaki kemungkinan prosedur bayi tabung tiga bulan kemudian.
Namun, Human Fertilisation and Embryology Authority (HFEA) menolak permintaannya. HFEA beralasan tidak ada izin tertulis dari Stephen untuk bisa menggunakan sperma itu.
Kemudian terkait tujuan Diane memiliki anak. Diane dikhawatirkan menggunakan beragam cara agar punya anak sebagai pengganti suami.
Setelah penolakan itu, banyak yang meminta Diane melupakan niat menggunakan sperma suaminya. "Orang-orang berkata, mengapa kamu tidak move on?," ujar Diane seperti yang dikutip The Guardian.
"Bagi sebagian orang, ketika mereka kehilangan pasangan, mereka mungkin ingin bertemu orang lain. Namun buat saya, penting untuk mendapatkan kembali sisa dari kehidupan ini seperti yang telah saya dan suami rencanakan. Dan itu berarti memiliki anak-anak darinya."
Tak sedikit pula yang mendukung niat Diane. Salah satunya Robert Winston, guru besar studi fertilitas di Rumah Sakit Hammersmith, London. Winston mengatakan donor organ seperti ginjal atau jantung memang butuh persetujuan tertulis. "Tapi kalau tidak dapat memberikan sperma untuk istrinya. Itu tampak konyol," ujar Winston.
Perjuangan panjang Diane akhirnya berakhir kemenangan saat pengadilan banding mengizinkan Diane memakai sperma suaminya. Syaratnya, prosesnya harus dilakukan di negara lain bukan di Inggris. Akhir Februari, HFEA mempersilakan Diane membawa sperma Stephen ke klinik reproduksi di Free University, Brussels, Belgia.
Di klinik ini, Diane kembali mendapat ganjalan. Butuh waktu sembilan bulan agar dirinya boleh mendapat perawatan. BBC memberitakan, Diane mengumumkan kehamilannya pada 27 Juni 1998. Anak pertama yang kemudian diberi nama Liam Stephen Blood lahir di Jessop Hospital, Sheffield pada 11 Desember 1998.
Tak cukup satu, Diane kembali menggunakan sampel sperma kedua. Sama seperti anak pertama, prosedur bayi tabung itu juga dilakukan di Belgia. Anak keduanya yang juga laki-laki bernama Joel Michael lahir empat tahun kemudian di Royal Hallamshire Hospital.
Liam dan adiknya tumbuh sehat. The Telegraph menyebut Liam sangat mirip ayahnya dengan rambut hitam tebal, bulu mata panjang, dan senyum yang lebar. Namun menurut Diane, anaknya itu tak memiliki selera humor sebaik ayahnya. Hanya saja baik Liam dan Joel sangat menguasai bidang teknologi informasi.