Kontraktor revitalisasi Monas, PT Bahana Prima Nusantara, buka suara soal letak perusahaan yang ramai dibahas di media sosial. PT Bahana Nusantara membantah lokasi perusahaannya berada di musala dan dekat pabrik tahu.
Dirut PT Bahana Prima Nusantara, Muhidin Shaleh, awalnya menyinggung cuitan anggota DPRD DKI, William Sarana, yang berbunyi 'Proyek di Monas sampai 71.3 Milliar Rupiah tapi pemenang tender lokasinya pas dicek di google map kok di perkampungan begitu? Bisa dijelaskan pak gub @aniesbaswedan'. Dia me-retweet cuitan anggota DPRD DKI lainnya, Justin Adrian, yang mengunggah data PT Bahana Prima Nusantara serta alamat dan link Google Maps.
Muhidin membenarkan bahwa kantor PT Bahana Prima Nusantara beralamat di Jl Nusa Indah Nomor 33, RT 01 RW 07, Jakarta Timur. Tapi dia memperjelas lagi posisinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi sebenarnya perusahaan kami betul ada di Jl Nusa Indah Nomor 33, RT 01 RW 07, tapi diviralkan itu di belakang ada salah satu musala dan ada pabrik tahu, dan beliau (anggota DPRD DKI Jakarta) katakan bahwa perusahaan kami di perkampungan padat, tapi nyatanya nggak ada di sana PT Bahana Prima," kata Dirut PT Bahana Prima Nusantara, Muhidin Shaleh, saat konferensi pers di Penang Bistro, Jakarta Pusat, Kamis (23/1/2020).
Muhidin mengatakan perusahaannya berada di salah satu usaha digital printing. Dia menyebut PT Bahana Prima Nusantara menyewa tempat usaha kepada digital printing tersebut.
"Alamat perusahaan kami sebenarnya ada pada alamat itu tadi, dan di situ perusahaan kami ini bukan perusahaan kami sendiri, tapi banyak perusahaan yang berdomisili pada nusa indah, itu tempat printing digital dan percetakan dan dia sediakan jasa sewa-menyewa perusahaan, sehingga selama ini perusahaan kami berada di tempat itu," ucap Muhidin.
Kemudian Muhidin juga mengatakan perusahaannya memiliki dua kantor dengan lokasi berbeda. Salah satunya kantor virtual yang berlokasi di Nusa Indah dan kantor operasional yang berada di Cempaka Putih.
"Memang kantor kami itu virtual office yang kami sewa, itu juga ada surat sewa, sedangkan kantor operasional kami ada di Cempaka Putih Nomor 160. Itu kantor operasional. Mengapa jadi kantor operasional kami? Karena saya termasuk anggota Gapeksindo dan termasuk salah satu pengurus Gapeksindo. Jadi kami sewa di lantai tiga di Gapeksindo," ujarnya.
Lebih jauh, Muhidin juga menjelaskan bahwa perusahaan miliknya bergerak di bidang konstruksi spesialis. Karena itu, menurutnya, perusahaannya secara legal memenangi sayembara proyek revitalisasi Monas.
"Selama ini usaha kami ini bergerak di bidang jasa spesialis. Perusahaan ini tidak banyak di Indonesia. Coba cek di BUMN, BUMN tidak ada perusahaan spesialis. Makanya kadang ada pertanyaan, mengapa, kok pakai Bahana Prima, jawabannya adalah karena perusahaan kami ini spesialis," paparnya.
"Jadi itu kenapa kami dimenangkan, tapi ini secara umum, jadi kami berhak mengikuti karena legalitas kami apa namanya, benar-benar sesuai dengan izin," sambungnya.
Baca juga: Before-After Revitalisasi Monas |
Dia menegaskan bahwa perusahaannya memiliki legalitas dan kedudukan yang jelas. Muhidin membantah bila ada anggapan PT Bahana Prima Nusantara sebagai perusahaan abal-abal.
"Sekarang kami ini didiskreditkan bahwa usaha kami abal-abal, itu letaknya di mana abal-abal. Legalitas kami itu perusahaan benar, coba dicari di PTSP, dicek," tegas Muhidin.
Sebelumnya, Pemprov DKI meyakini kontraktor yang menggarap revitalisasi Monas bukanlah kontraktor abal-abal. Alasannya, perusahaan kontraktor bernama PT Bahana Prima Nusantara itu pernah mengerjakan proyek Masjid Agung Sumatera Barat (Sumbar).
"Kontraktornya pernah membangun di Masjid Agung Sumbar dan pekerjaannya saya kira bagus. Saya pertama memang agak meragukan, ternyata bagus," ucap Kepala Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Pertanahan (CKTRP) Heru Hermawanto kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (21/1/2020).
Menurutnya, untuk melihat kontraktor bagus atau tidak, bisa dilihat dari hasil pekerjaannya. Atas dasar itulah, Heru yakin kontraktor memiliki kualitas.
"Kalo kontraktor (disebut) abal-abal, coba saja dilihat pekerjaannya benar atau tidak. Pernah dipakai di Padang, maka kita lihat bagaimana," kata Heru.