"BPIP ingin berikan dukungan moral, bagaimana keadilan harus diutamakan. Berdasarkan informasi dari ZA dan pengacaranya, dia adalah korban begal. Dia melakukan perlawanan terhadap pelaku kriminal," kata Plt Kepala BPIP Hariyono kepada detikcom, Minggu (19/1/2020).
Hariyono mengunjungi kediaman ZL di Gondanglegi, Kabupaten Malang, Sabtu (18/1) kemarin. Dia memahami kawasan ini marak begal sejak dulu. Guru besar Universitas Negeri Malang ini menilai dakwaan pembunuhan berencana terhadap ZL mengandung narasi yang terputus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ZL memang baru berusia 17 tahun dan berstatus pelajar. Fakta ini mengusik pikiran Hariyono. Meski demikian, hal itu dinilainya tidak perlu dicampur-adukkan dengan konteks perlawanan terhadap begal. Dia berharap penegak hukum dapat membuat putusan seadil-adilnya berdasarkan Pancasila.
"BPIP dalam kasus ini dalam batas tertentu berharap Pancasila yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia sebagai sumber dari segala sumber hukum dapat teraktualisasi, yaitu Pancasila sebagai working ideology. Semoga keadilan, keamanan, dan kenyamanan masyarakat menjadi acuan utama para penegak hukum," kata Hariyono.
ZL menikam Misnan, yang hendak memerkosa pacarnya, pada 8 September 2019. Peristiwa itu terjadi di tepi jalan ladang tebu Dewa Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.
Dia didakwa jaksa penuntut umum dengan pasal berlapis, salah satunya Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana. Kemudian dua pasal subsider, yakni Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan dan Pasal 351 KUHP terkait penganiayaan yang menyebabkan kematian. Ancaman hukumannya adalah hukuman mati atau seumur hidup.
Selain didakwa Pasal Pembunuhan Berencana, ZL terjerat beberapa pasal lain. Salah satunya soal kepemilikan senjata tajam, yakni Pasal 2 Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini