Nadiem mencontohkan jika tidak harus kurikulum pendidikan di daerah Papua diselaraskan dengan apa yang ada di Jakarta. Menurutnya, itu bukan hal yang baik dalam menciptakan sebuah sistem pendidikan yang berkualitas.
"Yang terpenting itu bukan disetarakan semua, tapi yang lebih penting adalah apakah semua murid dalam unit pendidikan kita belajar atau tidak, tiap hari dia ke sekolah get better atau tidak," kata Nadiem di acara Indonesia Millenial Summit (IMS) 2020, di The Tribrata, Jalan Dharmawangsa, Jakarta, Jumat (17/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, akibat penyeragaman sistem pendidikan di Indonesia membuat banyak anak dipaksa bisa mencapai sesuatu yang sebenarnya bukan menjadi levelnya. Dalam pandangan Nadiem, hal tersebut tidak relevan dalam perkembangan anak didik tersebut.
"Jadi sekarang itu sifatnya dipaksa pada level umur segini, anak harus bisa ini, kalau udah ketinggalan ya akan ketinggalan terus," ujar Nadiem.
Nadiem menjelaskan dengan sistem pendidikan yang inklusif akan mendorong anak didik bisa berkembang sesuai dengan kemampuan mereka. Pendidikan yang inklusif juga bisa meminimalisir persepsi sebagai seorang yang gagal dari para anak didik.
"Jadi kita harus mengubah paradigma menjadi pendidikan yang inklusif. Di sini semua bisa berpartisipasi, semua bisa merasa motivasi, dan tidak merasa seperti loser," tegas Nadiem.
Nadiem: Kinerja Itu Berdasarkan Ide Cemerlang, Bukan Pilihan Ganda
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini