Kecil di Kupang, Suud Ternyata Atlet Pencak Silat

Kecil di Kupang, Suud Ternyata Atlet Pencak Silat

- detikNews
Jumat, 25 Nov 2005 14:02 WIB
Kupang - Suud Rusli, mantan kopral marinir yang menjadi terpidana mati dalam kasus pembunuhan Direktur Utama PT. Asaba, Boedyharto Angsono dan pengawalnya Edy Siyep, dikenal humoris dan suka bergaul namun. Tapi, kepribadiannya tertutup. Karenanya pihak keluarga maupun kerabatnya di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) merasa kaget setelah mengetahui perilaku Suud yang kini menunggu giliran dieksekusi mati setelah membunuh secara keji Direktur PT. Asaba dan pengawalnya pada tahun 2003 lalu. Sekilas, tak banyak warga yang mengetahui bahwa terpidana mati Suud semasa kecil hingga remaja tinggal dan menetap di sebuah kompleks pemukiman nelayan yang beralamat di Jalan Timor Raya, RT 10/RW 04 Kelurahan Kelapalima, Kecamatan Kelapalima, Kota Kupang. Rumah parmanen bercat kuning yang mulai termakan usia itu kini ditempati oleh Laasa Rusli (70) bersama ibunya Marlina Seme (70) dan tiga saudara Suud.Untuk menjangkau kompleks perumahan itu, seseorang harus melewati sebuah lorong kecil yang jaraknya mencapai 200 meter lebih. Abdullah Wahab (41), adalah salah satu teman bermain Suud sejak kecil. Saat ditemui di rumah kediaman orang tua Suud, Jumat (25/11/2005), Abdullah mengaku ikut bersedih dan masih merasa terpukul dengan perilaku mantan sahabatnya itu. Keakrabannya dengan Suud sejak kecil masih terjalin dengan baik hingga saat-saat terakhir sebelum insiden pembunuhan. "Kostum bertuliskan Marinir yang saya pakai ini adalah pemberian Suud waktu datang ke Kupang tahun 2002," kenang Abdullah sambil tertunduk sedih. Menurut dia, Suud adalah anak baik, penurut, tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan rajin salat. "Sebelum menjadi Marinir, Suud adalah atlet pencak silat. Ia pernah mengikuti berbagai kejuaran lokal dan nasional. Bahkan pada tahun 1989, ia pernah mewakili NTT mengikuti seleksi pra PON," kata Abdullah sambil menangis.Mungkin karena merasa terpukul, atau marah, tiba-tiba saja Abdullah memutuskan untuk mematikan tayangan berita dari sebuah televisi swasta saat wawancara masih berlangsung. "Saya sudah putuskan untuk tidak mau menonton televisi selagi masih ada pemberitaan mengenai Suud," kata dia seraya menunjukkan fotonya bersama Suud yang dipajang di ruang tamu. Suud adalah tamatan Sekolah Dasar (SD) Negeri Kelapa Lima. Melanjutkan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kelurahan Namosain, Kecamatan Alak, Kota Kupang. Dia terakhir menamatkan studinya di Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Swastisari Kupang. Ayah Suud, Laasa Rusli (70) berprofesi sebagai nelayan. Laasa berasal dari pulau Buton, Sulawesi Tenggara, sementara ibunya Marlina Seme (70) berasal pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao, NTT.Aminah Rusli (36), saudara Suud, mengaku kedua orang tua bersama saudaranya yang lain sangat terpukul menyaksikan Suud tlevisi. "Ia dirantai dan diperlakukan tidak manusiawi," kata Aminah. Suud adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. Ketiga saudaranya telah menikah namun masih menetap bersama orang tua Suud. Kakak pertama Suud bernama Zainuddin Rusli bekerja sebagai nelayan dan Muslimin Rusli, salah satu saudaranya berprofesi sebagai PNS. Menurut Aminah, pihak keluarga pasrah menerima takdir yang akan menimpa adik bungsunya. Tetapi mereka yakin kasus pembunuhan yang dilakukan Suud kemungkinan atas suruhan orang lain, sehingga seharusnya orang yang menyuruh itu juga harus mendapat hukuman. "Kami hanya bisa berdoa," ujarnya singkat. Sementara Laasa Rusli, ayah kandungnya mengatakan, anak bungsunya itu sejak kecil sudah bercita-cita menjadi tentara. Pada tahun 2000 lalu, Suud diterima menjadi Tamtama TNI AL setelah melalui proses seleksi yang ketat. "Selama menjadi anggota Marinir, komunikasi dengan kami sebagai orang tua selalu lancar. Baret merah yang saya kenakan ini adalah pemberian Suud. Kami sekeluarga mendoakan kiranya Suud dapat tabah menjalani hukuman. Mungkin ini takdir yang mesti ia jalani dalam hidupnya," kata Laasa. (asy/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads