.webp)
"Yang kita lakukan tahun 2020 ini, kita ada dana kelurahan ada kurang-lebih dananya Rp 250 miliar itu membuat sumur injeksi," kata Arief dalam seminar 'Sinergitas Pengelolaan Banjir di kawasan Jabodetabek' di Kampus UI Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang saya contoh misalnya pelataran sekolah. Nah, pelataran sekolah itu saya bikin ground tank tanam bawahnya, atasnya di-conblock," katanya.
"Dari situ, kiri-kanannya itu sekelilingnya kita bikin sumur injeksi. Jadi pipa sekitar 4 inci, kita bor sampai ketemu lapisan pasir, supaya air terserap. Jadi dalam kondisi 2 atau 3 jam biasanya airnya hilang. Jadi sumur injeksi itu untuk mengendalikan air tanah," lanjut Arief.
Pembangunan sumur injeksi itu, kata Arief, sudah berjalan sejak 2019. Dia menyebut sumur yang sudah selesai berfungsi efektif menyerap air.
"Tahun kemarin kita mulai dan cukup efektif, menyerap air, cukup banyak, dan sekarang kita maunya lebih masif lagi," katanya.
Arief menargetkan ada 4.000 sumur injeksi pada 2020. Dia mendorong masyarakat turut bekerja sama membangun sumur injeksi.
"Ada total semua 4.000 titik yang kita ingin bangun, tahun ini mulai. Ya sekarang kita lagi terus dorong masyarakat, kan itu dananya dari pemda, tapi yang kerja bagian masyarakat ada badan kelompok masyarakat yang kita latih mereka dari kecamatan dan kelurahan untuk sama-sama. Jadi kita maunya masif," tuturnya.
Halaman 2 dari 2
