Kini, masyarakat Indonesia mengenal China menggunakan dasar 9 Garis Putus-putus (Nine Dash Line) sebagai batas Laut China Selatan. Ujung dari 9 Garis Putus-putus itu menabrak Natuna, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
Sebenarnya, istilah 9 Garis Putus-putus lebih akrab digunakan oleh publik internasional ketimbang publik dalam negeri China. Dilansir Time, Rabu (15/1/2020), media-media China sendiri jarang menggunakan istilah itu. Dalam sejarahnya, China bahkan menyebut garis imajiner itu sebagai 11 Garis Putus-putus.
Sejarah awal mula pembuatan peta Laut China Selatan diuraikan oleh jurnalis sekaligus peneliti dari Chatam House, The Royal Institute of International Affairs, bernama Bill Hayton. Karyanya berjudul 'The Modern Origins of China's South China Sea Claims: Maps, Misunderstandings, and the Maritime Geobody', dimuat dalam jurnal Modern China, Sage Journals, tahun 2018.
![]() |
Bill Hayton sendiri lebih sering menggunakan istilah 'Garis U' untuk menyebut 9 Garis Putus-putus itu.
9 Garis Putus-putus memang berbentuk huruf U, berawal dari selatan daratan China dan berujung di kawasan Natuna, melintasi lautan di antara Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
![]() |
Simak Juga "Jika Tak Ada Kesamaan Dasar Hukum, Polemik Natuna Dinilai Tak Akan Selesai"