Kisah Dokter Inggris 'Tangkis' Pedang Afghanistan dengan Kertas Majalah

Mesin Waktu

Kisah Dokter Inggris 'Tangkis' Pedang Afghanistan dengan Kertas Majalah

Pasti Liberti Mappapa - detikNews
Senin, 13 Jan 2020 17:27 WIB
Foto: Ilustrasi pejuang Afghanistan (AP Photo)
Jakarta - Tepat pada 178 tahun yang lalu, William Brydon seorang dokter muda asal Inggris yang ditempatkan di British East India Company berhasil meloloskan diri dari penghadangan di sepanjang perjalanan dari Kabul sampai Jalalabad di Afghanistan. Ribuan anggota rombongannya tewas dalam peristiwa itu.

Brydon dokter lulusan University College, London dan University of Edinburgh, Skotlandia menerima penugasan pertamanya sebagai asisten dokter bedah di British East India Company di India. Dia tiba di Kolkata pada Oktober 1835.


Akhir 1938, pasukan Inggris bergerak dari Punjab, India menuju Kabul, Afghanistan di bawah pimpinan John Keane. Rombongan besar ini berjumlah puluhan ribu orang, terdiri atas prajurit Eropa, India, dan warga sipil termasuk anak istri para prajurit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasukan Inggris ini punya misi menguasai Afghanistan dan mengembalikan kekuasaan pada Shah Shuja untuk meredam meningkatnya pengaruh Kekaisaran Rusia di kawasan Asia bagian selatan itu. Dokter Brydon masuk dalam rombongan itu. Dia ditempatkan pada 5th Bengal Native Infantry.

Kabul jatuh di tangan pasukan Inggris pada Agustus 1839 dan kekuasaan diserahkan kembali pada Shah Suja. William Dalrymple, dalam buku Return of a King seperti yang dikutip dari The Guardian menyebut pendudukan Inggris ini kemudian menimbulkan kemarahan orang-orang Afghanistan.

Perwira dan prajurit Inggris kerap mabuk-mabukan dan merekrut perempuan setempat sebagai perempuan penghibur. Ulah para prajurit ini membuat pria Afghanistan jadi tersinggung. Para kepala-kepala suku sepakat mengangkat Akbar Khan, anak Dost Mohammad yang digulingkan Inggris jadi pemimpin untuk mempersatukan mereka.

Pemberontakan kemudian meletus pada 2 November 1841 di Kabul. Posisi garnisun Inggris di kota itu terdesak. Sejumlah perwira dan diplomat Inggris bahkan terbunuh dalam kerusuhan hari-hari selanjutnya.


Awal tahun 1842, Mayor Jenderal William George Keith Elphinstone, Komandan Garnisun Inggris di Kabul memutuskan membawa pasukannya keluar dari Kabul menuju Jalalabad untuk berlindung pada garnisun Inggris lainnya. Rombongan berjumlah 16.500 orang terdiri dari 4.500 pasukan gabungan Eropa dan India serta 12 ribu orang sipil.

Ketika mereka melintasi Celah Khyber di pegunungan yang memiliki panjang 8 kilometer, suku Ghilji menyergap. Ratusan orang terbunuh. Akbar Khan membawa perempuan-perempuan kembali ke Kabul sebagai sandera. Sisa rombongan yang berusaha melanjutkan perjalanan kembali mendapat serangan.

Pembantaian pun terjadi hingga hanya menyisakan puluhan orang. Dokter Brydon berhasil meloloskan diri dari peristiwa itu. Dia tiba di Jalalabad yang berjarak 140 km dari Kabul pada 13 Januari dengan mengendarai kuda. Dokter yang belum genap berusia 30 tahun itu menjadi orang pertama yang berhasil tiba di Jalalabad.

Tubuh Brydon penuh luka. Kabarnya nyawa dokter yang lahir pada 1812 itu tertolong karena sebuah majalah Blackwood yang diselipkan pada helm bajanya. Cara itu sebenarnya untuk menghangatkan kepala di musim dingin. Beruntung tebasan pedang menghantam majalah itu dan tidak membelah tengkoraknya.

Seolah-olah, Brydon 'menangkis' tebasan pedang Afghanistan dengan kertas majalah. Tentu saja itu hanya gambaran dramatis. Sejumlah prajurit India juga berhasil tiba beberapa hari selanjutnya. Sementara, Jenderal Elphinstone ditawan dan akhirnya tewas beberapa bulan kemudian. Brydon tidak keluar dari tentara setelah peristiwa itu.

Dia bergabung dalam pasukan yang menginvasi Yangon, Myanmar sepuluh tahun kemudian. Nyawanya kembali nyaris melayang saat pemberontakan pasukan India pada 1857.
Halaman 2 dari 3
(pal/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads