"Kemarin kita sudah turunkan tim ke lokasi untuk memastikan. Pertama ditanya orang mendengar dan melihat, mahasiswa sama kepala kebun," kata Kepala BKSDA Sumsel, Genman Hasibuan, Jumat (10/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk kepala kebun yang juga dosen di salah satu fakultas mengaku tak melihat pasti. Sebab dosen itu hanya bisa melihat dengan alat bantu teropong serta tidak jelas.
"Dari dua saksi ini nggak bisa memastikan. Untuk memastikan kami kemudian cek ke lokasi dan hanya ada jejak babi hutan saja di area kebun penelitian," kata Genman.
Tidak hanya jejek babi, BKSDA juga melihat adanya kubangan babi di area kebun sawit. Termasuk beberapa titik tempat penelitian ada jejak babi dan biasa dilihat mahasiswa saat melakukan riset.
Selian itu, kalangan kampus mengaku juga sering melihat adanya kucing hutan di area perkebunan. Namun ukurannya tak sampai sebesar kambing ataupun anak sapi.
"Kalau kucing hutan sering ada yang lihat, sering orang sebutnya macan akar. Tetapi itu sudah lama juga tidak terlihat di lokasi," kata Genman.
Sementara berdasarkan catatan di BKSDA, lokasi Kampus Unsri dengan dua kantong harimau cukup jauh. Yakni berjarak sekitar 90 kilometer (KM) dari kantong Bukit Nanti dan Kantong Jambul.
"Kami lihat yang terdekat ya berdasarkan analisis dari penelitian itu dari Kantong di Muarenim, jaraknya sekitar 90 kilo. Maka dapat disimpulkan ini kecil kemungkinan harimau masuk area kampus," tegasnya.
Laporan kemunculan harimau sumatera pertama kali diterima Sabtu (4/1). Saat seorang mahasiswa tengah melakukan penelitian mendengar suara harimau.
Sedangkan laporan kedua diterima pada Selasa (7/1) lalu saat seorang penyadap karet mengaku melihat hewan sebesar anak sapi yang memiliki belang. Lokasinya tidak jauh dari lokasi laporan pertama, namun penyadap melihat dari jarak cukup jauh sehingga tidak terlalu jelas.
Halaman 2 dari 3