Kisah Nyata Sadako, Gadis Jepang Melawan Ganasnya Efek Bom Atom

Mesin Waktu

Kisah Nyata Sadako, Gadis Jepang Melawan Ganasnya Efek Bom Atom

Pasti Liberti Mappapa - detikNews
Selasa, 07 Jan 2020 15:36 WIB
Foto: Sadako Sasaki dan bangau kertas yang diabadikan di Monumen Perdamaian Anak di Hiroshima, Jepang (wikimedia commons)
Jakarta - Tepat pada tanggal ini 77 tahun lalu, Sadako Sasaki lahir di Hiroshima Jepang. Sadoko dikenang akan kisahnya melipat seribu bangau kertas jelang kematiannya di usia belia. Dia wafat disebabkan penyakit kanker darah yang diperkirakan dipicu dampak radioaktif bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat.

Sadako masih berumur dua tahun saat "Little Boy" yang membawa sekitar 64 kilogram Uranium-235 menghantam daratan tanah kelahirannya pada 6 Agustus 1945 pagi. Bom yang dibawa pesawat pembom B-29 itu membumihanguskan Hiroshima dan menewaskan 140 ribu orang.


Kediaman keluarga Sadako berada sekitar 2 kilometer dari titik jatuhnya bom. Mereka berhasil menyelamatkan diri. Sadako sendiri disebut tidak mengalami luka-luka bakar. Namun rumah keluarga mereka terbakar habis dalam peristiwa tragis itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat perang berakhir, sama seperti orang-orang Jepang lainnya, keluarga Sadako berusaha merekonstruksi kehidupan mereka seperti sedia kala. Sadako sendiri tumbuh sehat. Berprestasi dalam olahraga atletik di sekolah. Dia pun punya mimpi jadi seorang guru pendidikan jasmani.

Jelang akhir November 1954, Sadako terkena flu. Di leher dan belakang telinganya muncul benjolan yang makin lama makin membesar. Beberapa bulan kemudian bintik-bintik ungu terlihat di kaki kirinya.

Saat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih intensif, dokter mendiagnosis Sadako terkena leukimia. Dokter pun memberitahu keluarga bahwa usia Sadako tak lebih dari setahun. Tidak seorang pun keluarganya yang percaya. Pada 21 Februari, Sadako memasuki Rumah Sakit Palang Merah Hiroshima.

Waktu itu mereka menyebut leukemia sebagai "penyakit bom atom". Hampir setiap orang yang menderita penyakit ini meninggal, dan Sadako sangat ketakutan. Sadako ingin kembali ke sekolah. Namun dia harus tinggal di rumah sakit tempatnya menangis dan menangis.

Kisah Nyata Sadako, Gadis Jepang Melawan Ganasnya Efek Bom AtomFoto: Sadako duduk di tengah barisan depan bersama kawan-kawan sekolahnya (Hiroshima Peace Memorial Museum)


Tak lama kemudian, sahabatnya, Chizuko Hamamoto, datang mengunjunginya. Chizuko membawa beberapa origami (kertas lipat). Dia memberi tahu Sadako tentang legenda, bahwa bangau, seekor burung suci di Jepang, dapat hidup selama seratus tahun. Jika orang yang sakit melipat 1.000 bangau kertas, maka orang itu akan segera sembuh.

Setelah mendengar legenda itu, Sadako memutuskan untuk melipat 1.000 bangau dengan harapan bisa sembuh kembali. Dia terus melipat bangau dengan ceria dan penuh harapan meskipun sangat kesakitan. Sampai tiba suatu titik dimana dia tidak bisa melipat lagi dan kemudian wafat dalam usia 12 tahun dengan 644 bangau kertas di kamarnya.

Semua orang sangat sedih. Teman-teman sekelas Sadako memutuskan untuk membentuk klub bangau kertas untuk menghormatinya. The Japan Times menyebut teman-teman Sadako berjanji di depan jasadnya yang dikremasi bahwa mereka akan membangun sebuah monumen untuk menghormatinya.

Berita menyebar dengan cepat. Upaya mereka memicu gerakan perdamaian anak-anak dan kampanye penggalangan dana di seluruh Jepang. Siswa dari 3.100 sekolah dan dari 9 negara asing memberikan donasi untuk tujuan tersebut.

Pada tanggal 5 Mei 1958, hampir 3 tahun setelah Sadako wafat dari donasi yang terkumpul dibangunlah sebuah monumen untuk menghormatinya. Monumennya sekarang dikenal sebagai Monumen Perdamaian Anak-anak, dan terletak di pusat Taman Perdamaian Hiroshima, dekat dengan tempat bom atom dijatuhkan.

Sebuah tulisan terukir di bawah patung, "Ini tangisan kami, ini doa kami, damai di dunia."
Halaman 3 dari 3
(pal/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads