Sadako masih berumur dua tahun saat "Little Boy" yang membawa sekitar 64 kilogram Uranium-235 menghantam daratan tanah kelahirannya pada 6 Agustus 1945 pagi. Bom yang dibawa pesawat pembom B-29 itu membumihanguskan Hiroshima dan menewaskan 140 ribu orang.
Kediaman keluarga Sadako berada sekitar 2 kilometer dari titik jatuhnya bom. Mereka berhasil menyelamatkan diri. Sadako sendiri disebut tidak mengalami luka-luka bakar. Namun rumah keluarga mereka terbakar habis dalam peristiwa tragis itu.
Saat perang berakhir, sama seperti orang-orang Jepang lainnya, keluarga Sadako berusaha merekonstruksi kehidupan mereka seperti sedia kala. Sadako sendiri tumbuh sehat. Berprestasi dalam olahraga atletik di sekolah. Dia pun punya mimpi jadi seorang guru pendidikan jasmani.
Jelang akhir November 1954, Sadako terkena flu. Di leher dan belakang telinganya muncul benjolan yang makin lama makin membesar. Beberapa bulan kemudian bintik-bintik ungu terlihat di kaki kirinya.