"Pengungsi yang bertahan ini kebanyakan karena listrik mereka sebenarnya bisa dihidupkan cuma karena kabel dan meteran mereka kerendam, mereka takut untuk dinyalakan," jelas Lurah Cipinang Melayu, Agus Sulaiman, saat dihubungi pada Jumat (3/1/2020).
Terdapat tiga titik pengungsian bagi korban terdampak banjir di Cipinang Melayu. Lokasi pengungsian yang masih dihuni adalah Masjid Universitas Borobudur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah, ini saya lagi koordinasi PLN dulu, disurvei dulu, aman apa nggak untuk dinyalakan," ucap Agus.
Dia juga menyebut pihaknya tetap waspada banjir susulan. Oleh karena itu, posko-posko tidak akan dibongkar terlebih dulu meski warga sudah kembali ke rumah.
"Kalau posko, saya perintahkan nggak ada yang ditutup. Tetap standby semua. Standby sampai benar-benar dari BNPB dan BPBD bisa menginformasikan bahwa kondisi cuaca udah aman lah," tutur Agus.
Agus mengatakan warga yang dokumen kependudukannya rusak atau hilang karena banjir bisa segera mengurus di kelurahan. Dia menyebut petugas terus mendata dampak banjir.
Salah satu warga bernama Ilah mengatakan ibunya kehilangan kartu keluarga dan buku-buku penting lantaran air bah terlanjur memenuhi rumahya. "Ini ibu saya KK, sama buku-bukunya kerendam," ujar Ilah saat ditemui saat sedang mencuci pakaian yang terendam banjir di depan rumahnya.
Hal serupa terjadi pada Siti. Kartu-kartu fasilitas pendidikan milik anaknya turut rusak akibat terendam air banjir.
"Ini anak saya sih, KJP, kartu pelajar, begitu-begitu. Tapi yang lainnya saya belum ngecek, habis gelap soalnya di (ruang) belakang," ujar Siti.
Usai Banjir, 100 Pengungsi Bidara Cina Terserang Penyakit:
Halaman 2 dari 1
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini