Jakarta - Azahari tewas, hal-hal yang berbau terorisme pun naik daun. Salah satunya adalah buku-buku yang berkaitan dengan hal itu.Belakangan ini, yang sedang laris-larisnya adalah buku yang ditulis oleh terpidana mati bom Bali I Imam Samudra dan eks petinggi Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abas.Istri terpidana mati Muklas alias Ali Gufron juga tidak ketinggalan. Sang istri yang bernama Paridah Abas juga mendokumentasikan kisahnya lewat tulisan.Dari ketiga orang di lingkaran teroris ini, Imam Samudra-lah yang pertama kali merilis buku. Judulnya
Aku Melawan Teroris, diterbitkan penerbit Jazera, Solo. Buku yang dicetak pertama kali September 2004 ini cukup laris. Bahkan saat ini telah memasuki cetakan ketiga.Tapi bukan perkara mudah mendapatkan buku setebal 280 halaman itu. Mencarinya harus lewat "jalur tikus". Di toko buku paten, sulit bagi Anda menemukannya. Dalam buku itu, Imam Samudra alias Abdul Aziz alias Qudama merinci soal jihad dalam bom Bali, 12 Oktober 2002 lalu.Sebulan setelah Imam Samudra, Nasir Abas berusaha keras menulis tandingannya. Judulnya adalah
Membongkar Jamaah Islamiyah: Pengalaman Mantan Anggota JI.Nasir Abas adalah eks Ketua Mantiqi III yang membawahi wilayah Sabah, Mindanao dan Poso. Dia memutuskan keluar dari JI pada tahun 2003. Dia merupakan petinggi JI yang dalam organisasi itu membawahi Azahari dan Noordin M Top.Nasir Abas menyelesaikan karyanya pada Juni 2005. Sebulan kemudian buku itu dilempar ke pasaran. Buku setebal 332 halaman yang diterbitkan Grafindo Khazanah Ilmu Jakarta itu saat ini telah memasuki cetakan kedua. Laris manis.Nasir Abas mengaku buku itu untuk menjawab karya Imam Samudra. Isinya adalah meluruskan makna jihad yang dianut oleh Imam Samudra.Sebelum Nasir Abas, yang kini sering muncul di media massa dengan rambut klimisnya, adiknya lebih dulu berkarya. Sang adik yang kini menetap di Malaysia itu bernama Paridah Abas. Dia adalah istri Muklas alias Ali Gufron yang tak lama lagi akan dieksekusi mati.Dibanding dua judul sebelumnya, buku bertajuk
Orang Bilang Ayah Teroris karya Paridah lebih bersifat humanis. Isinya adalah suka duka mengasuh enam anak, di saat sang suami meringkuk di penjara karena tersangkut bom Bali.Buku bersampul warna
pink setebal 264 halaman ini diterbitkan oleh Jazera Solo, yang juga menerbitkan buku Imam Samudra. Dengan jujur, perempuan kelahiran 1970 ini bertutur tentang ribetnya menjadi
single parent di tengah cibiran masyarakat terhadap keluarganya akibat sepak terjang sang suami.Masih banyak buku yang mengupas terorisme yang beredar di pasaran. Ada yang merupakan karya pengamat/peneliti lokal, asing, bahkan polisi juga menerbitkan buku tersendiri. Salah satu judul buku besutan pak polisi adalah
Dari Bali ke Jateng: Buku Putih Peran Polda Jawa Tengah dalam Pengungkapan Kasus Bom Bali.
(nrl/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini