Pernyataan itu disampaikan Rachmawati dalam diskusi bertajuk 'Indonesia Milik Kita, atau Milik Siapa?' di Restoran Raden Bahari, Jalan Warung Buncit Raya, Jakarta Selatan, Jumat (27/12/2019). Rachmawati awalnya menyinggung kondisi saat ini sama seperti zaman Presiden Sukarno di mana ada neokolonialisme, kolonialisme, dan imperialisme (nekolim).
"Kita sudah mengalami set back. Ini sudah dicapai hampir titik nadir kalau saya bilang. Kita dulu menganut politik bebas aktif, Bung Karno meletakkan independensi sebagai Indonesia merdeka, dasar itu dunia dihadap-hadapkan dengan adanya dua pertarungan nekolim, imperialisme yang besar. Itu imperialisme barat, dan imperialisme yang ada di timur," kata Rachmawati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rachmawati pun meminta Indonesia waspada. Menurutnya, Tanah Air sudah masuk dalam jebakan kepentingan bangsa luar.
"Apa yang terjadi pada saat sekarang. Istilahnya saat ini, adalah turunan imperialisme yang Bung Karno katakan, jadi Indonesia harus waspada. Kita ini sudah menjadi subordinat, masuk dalam jebakan kepentingan bangsa luar," ujarnya.
Menurut Rachmawati, ekonomi di Indonesia telah berubah menjadi liberal-kapitalis, dan karenanya pola-pola transaksional tidak bisa dihindari, termasuk saat Pilpres 2019 lalu. Rachmawati juga menyinggung soal penyalahgunaan wewenang hingga masalah korupsi karena kepentingan di Indonesia.
"Sehingga kepentingan apa sih ini Indonesia, yang terjadi misalnya sekarang kapital dan politiknya menjadi korporatokrasi. Penyalahgunaan wewenang, kekuasaan, menabrak UU yang tidak-tidak, KKN, dan sebagainya. Ini adalah sebab akibat dari perubahan konstitusi kita," ucap Rachmawati.
Rachmawati mengatakan banyak masalah yang dihadapi Indonesia, mulai dari beban hidup yang berat, masalah impor, hingga diskriminasi hukum. Menurutnya, politik pecah belah juga masih terjadi di masyarakat.
"Kita merasakan diskriminasi hukum, tidak berdasarkan equality before the law. Jadi, pola-pola devide et impera itu terasa sekali di masyarakat. Jadi, Indonesia ini milik siapa sih? Saya teringat Bung Karno mengatakan, kita harus tetap berprinsip nonblok. Bagaimana kita mempertahankan kemerdekaan kita, kita harus berdasarkan ketahanan rakyat semesta. Coba breakdown," ungkapnya.
Rachmawati lalu menceritakan percakapannya dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto soal unsur ketahanan semesta. Prinsip itu menurutnya yang akan bisa membuat Indonesia menjadi milik bangsanya sendiri.
"Kemarin saya ngomong sama Bapak Menhan. Ada lima unsur untuk ketahanan semesta kita. Pertama, ketahanan ideologi, kita harus kembali ke UUD 1945, NKRI, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan lain-lain. Kedua, kita harus swasembada pangan, karena kita ini bukan negara kere. Kita ini hebat dalam SDA. Ketiga, kita harus mempunyai ketahanan dalam pendidikan, nation building character mesti dimulai sejak dini," tutur Rachmawati.
Selain itu, menurutnya, perlu ketahanan kesehatan dan kependudukan. Rachmawati menegaskan rakyat Indonesia perlu menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.
"Yang keempat, ketahanan kesehatan. Saya dengar sekarang lagi ramai banyaknya impor obat-obatan dari luar. Sekarang ini BPJS nggak bisa juga. Sekarang ini banyak rumah sakit tak mau terima pasien," ujar Rachmwati.
"Nah yang terakhir adalah ketahanan kependudukan. Kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bagaimana kita memperkuat basis-basis dari Sabang sampai Merauke, bukan rakyat yang diimpor dari luar negeri," pungkasnya.
Tonton juga video Rachmawati Soekarnoputri Tegaskan Gerindra Masih Oposisi:
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini