"Iya memang secara kebiasaan hidup, jenis ini (hiu paus) memang suka muncul ke permukaan atau ke daerah pesisir, estuari atau mulut sungai. Cuma, karena ukurannya besar, jadi, respon masyarakat tinggi. Apalagi ada pandangan bahwa ikan hiu dianggap berbahaya bagi manusia. Tapi untuk jenis ini tidak membahayakan (harmless)," kata Selvia kepada wartawan, Kamis (26/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jenis ini biasa hidup di perairan hingga kedalaman 100 meter. Biasanya muncul ke permukaan karena sedang mencari makan. Makannya ini zooplankton dan ikan-ikan kecil, kaya baby tuna, teri," jelasnya.
Selvia menuturkan hiu paus memang dikenal oleh masyarakat dengan hiu tutul. Itu karena corak tubuh hiu paus yang bertutul atau titik.
"Kadang masyarakat bilangnya hiu tutul karena tubuhnya ada totol-totol. Kejadian hiu paus muncul di Probolinggo bukan hanya kali ini, beberapa kali pernah dilaporkan juga. Sebetulnya nggak hanya di Probolinggo, kalau nggak salah di Kepulauan Seribu juga ada beritanya," ucap Selvia.
Diberitakan sebelumnya, dua hiu tutul atau whale shark muncul ke permukaan di pelabuhan bongkar Probolinggo. Hiu-hiu itu memiliki ukuran sekitar 2,5 sampai 3 meter dan diperkirakan beratnya mencapai satu ton.
Kasatpolair Polres Probolingg AKP Slamet Prayitno, membenarkan kabar kemunculan hiu tutul tersebut. Menurutnya, kondisi perairan saat ini tengah hangat.
"Saya imbau dengan kemunculan hiu tutul, masyarakat atau nelayan tidak mengganggunya. Apalagi hewan laut ini masuk dalam kategori dilindungi," terangnya, Kamis (26/12).
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini