Wapres: Perlu Perang Ideologi untuk Hadang Terorisme
Selasa, 22 Nov 2005 11:35 WIB
Jakarta - Pemerintah sudah menyatakan perang terhadap terorisme. Selain dibutuhkan perang secara fisik, ternyata hal yang justru paling penting adalah perang ideologi. Kenapa?Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, perang ideologi penting, karena sangat sulit untuk membunuh ideologi yang sudah tertanam kuat."Yang paling penting adalah perang ideologi. Walaupun hari ini dapat menangkap 10 orang, ideologi yang ekstrem masih bisa mendidik 15 atau bahkan 50 orang lagi," kata Kalla.Pendapat Kalla ini disampaikan saat membuka rapat koordinasi antara Polri dengan departemen yang memiliki Polisi Khusus (Polsus) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di ruang rapat utama Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Selasa (22/11/2005).Selanjutnya Kalla mengungkapkan ideologi yang ekstrem tersebut hanya bisa diatasi oleh pihak-pihak yang paham atas ideologi tersebut, yaitu ulama, ustad, kiai, atau tokoh agama."Karena itu kita bergembira bahwa ulama, ustad, dan kiai sudah menyatakan perang terhadap ideologi yang salah," tegas pria berkumis yang juga menjabat ketua umum Partai Golkar ini.Ditambahkannya, dengan menyatakan perang dengan ideologi yang salah, maka polisi bisa mengurangi bebannya untuk menjalankan perang fisik terhadap terorisme."Jadi perang fisik oleh Polri dengan menangkap orang, dan kalau perlu tembak-menembak harus bisa berjalan bersama-sama dengan perang ideologi," jelas pria asal Makassar ini.Peran PenyidikKalla juga mengingatkan betapa pentingnya kerjasama antarpenyidik, baik Polri, Polsus, maupun PPNS. "Apabila penyidik tidak bekerja dengan baik, ini tentunya akan berpengaruh, sebab teroris tidak bekerja sendiri," katanya.Berdasarkan data yang dipublikasikan, jumlah Polsus mencapai 43.954 orang, PPNS sebanyak 17.843 orang. Dari jumlah PPNS tersebut, tinggal 6,8 persen yang belum memiliki surat keputusan sebagai penyidik.
(san/)