Kedubes Rusia Jelaskan Soal Penyebab Serangan Perang Chechnya I

Kedubes Rusia Jelaskan Soal Penyebab Serangan Perang Chechnya I

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Kamis, 26 Des 2019 10:50 WIB
Foto: Para pejuang Chechen berlarian menghindari tembakan pasukan Rusia di Grozny, 25 Januari 1995 (AFP)
Jakarta - Kedubes Rusia menjelaskan soal penyebab pecahnya Perang Chechnya I yang terjadi pada tahun 1994. Awal mula pecahnya perang ini dipicu oleh aksi para teroris di Republik Chechnya yang ingin memerdekakan diri.

"Setelah pecahnya Uni Soviet pada tahun 1991 organisasi-organisasi teroris yang bertindak di Republik Chechnya mengumumkan tentang kemerdekaan daerah tersebut dan keluarnya dari Federasi Rusia. Pembunuhan massal orang etnis Rusia dimulai. Selama 3 tahun Republika de facto berdaulat karena tatanan konstitusional tidak bisa diiestarikan," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva dalam keterangan tertulisnya, Kamis (26/12/2019).

Penjelasan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva ini merupakan tanggapan atas berita berjudul 'Awal Serangan Darat Rusia yang Tewaskan Ratusan Ribu Warga Chechnya'. Dalam berita itu disebutkan, perang ini bermula saat Dzhokhar M Dudayev, seorang jenderal Angkatan Udara Uni Soviet mendeklarasikan Republik Chechnya pada Oktober 1991.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kendati para teroris berulah, Rusia tetap berusaha menjaga hubungan dengan Chechnya. Semata-mata untuk menjaga pendanaan ke ibu Chechnya.

"Tetapi tetap dijaga koneksi perhubungan, pendanaan dalam rangka APBN dari Moscow masuk ke ibukota Chechnya, kota Grozny. Pada saat yang sama di seluruh wilayah Chechnya berbagai-bagai organisasi teroris melakukan perampokan, penculikan dan pembunuhan orang," tutur Lyudmila.

Akibat ulah para teroris ini, Presiden Federasi Rusia Boris Eltsin lantas menyatakan operasi untuk memulihkan keadaan. Operasi ini selesai pada tahun 1996.

"Pada tahun 1994 Presiden Federasi Rusia Boris Eltsin mengambil keputusan untuk melaksanakan operasi untuk memulihkan tatanan konstitusional. Operasi ini selesai pada tahun 1996 dengan penandatanganan Kesepakatan Hasavuyrt. Akan tetapi kegiatan oleh organisasi-organisasi teroris tidak dihentikan. Pada tahun 1999 fase konflik yang "panas" dimulai lagi dan berlangsung sampai tahun 2000," jelasnya.


Lyudmila mengatakan, data resmi selama peperangan menunjukkan tewas kira-kira 1 ribu orang sipil, 4,5 ribu orang anggota Angkatan Bersenjata Rusia dan telah dibunuh lebih dari 13 ribu teroris.
Halaman 2 dari 2
(rdp/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads