Sebelum tradisi Kristen mendominasi, orang-orang Romawi dan Eropa mengenal perayaan lain yang waktunya kurang lebih berdekatan dengan momen 25 Desember.
Sebelum era Kristen, Kaisar Romawi Aurelanius (menjabat tahun 270-275 M) menggelar perayaan 'Dies Natalis Solis Invicti' atau 'Kelahiran Sang Matahari Yang Tak Terkalahkan' pada 274. Sejak saat itu, perayaan Sol Invictus digelar tiap 25 Desember, kadang juga Oktober.
Di belahan Eropa Utara yang belum tersentuh agama dari Timur Tengah, saat itu juga ada perayaan winter solstice, yakni hari dengan jeda tercepat antara matahari terbit dan terbenam. Winter solstice merupakan momentum titik balik matahari yang menandai berakhirnya musim dingin dan dimulainya musim semi. Festival winter solstice biasa digelar pada 21-22 Desember.
Di Timur Tengah, umat Yahudi juga punya perayaan Hanukkah, yakni hari pentahbisan Bait Tuhan, dirayakan tiap 25 Kislev (kalender Yahudi) yang juga jatuh sekitar Desember.
Kondisi-kondisi di atas adalah perayaan-perayaan yang terjadi pada bulan Desember sebelum Natal menjadi tradisi yang meluas.
Jasa Kaisar Konstantinus
Menurut catatan sejarah, perayaan kelahiran Yesus pertama kali digelar di wilayah Romawi. Ini berkat jasa seorang Kaisar Romawi pertama yang beragama Kristen.
Perayaan Natal pertama kali digelar oleh Kaisar Romawi Konstantinus Agung pada 336 Masehi. Begini catatan tentang sosok Sang Kaisar Romawi.
Dilansir Encyclopaedia Britannica, Flavius Valerius Constantinus lahir pada 27 Februari 280 di Naissus (sekarang Serbia) dan besar di istana Nicomedia (sekarang Turki). Dia adalah Kaisar Romawi pertama yang memeluk agama Kristen sekaligus membuka jalan bagi perkembangan Kristen di Eropa.
Kristen mulai berkembang di Nicomedia, tempatnya tumbuh. Namun saat itu, tahun 303, orang-orang Kristen dipersekusi. Di sisi lain, ibu dari Konstantinus sendiri adalah orang Kristen, yakni Helena.
Namun sosok Konstantinus Agung bukanlah pemeluk Kristen sejak masa anak-anak. Dilansir dari 'The Rise of Western Christendom' karya Peter Brown, Sang Kaisar memeluk Kristen di usia 40 tahun, saat usianya matang. Dia mendeklarasikan Kristen sebagai agama yang cocok untuk kekaisaran yang baru.