"(Antisipasi) salah satunya dengan mengisolasi daerah yang terjangkit sangat total. Kemudian daerah lain harus sangat rutin tiap hari, harus cek apakah ada virus yang menyangkut. Tapi isolasi yang paling penting, isolasi untuk dia keluar wilayah itu yang kita perketat, oleh pemerintah daerah setempat," ujar Syahrul di Rumah Dinas Menko Luhut di Jalan Widya Chandra V, Jakarta Selatan, Rabu (25/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi (virus) babi itu tidak menyeluruh seluruh Indonesia. hanya ada di satu kabupaten yang paling tinggi, tapi kabupaten yang terjangkit tidak lebih dua, tiga. Oleh karena itu? katakanlah virus babi yang kita takutkan itu, kami sudah lakukan pengendalian secara maksimal dilakukan oleh para Gubernur, para Bupati dan jajaran pengaman yang ada. Tentu saja pengaman sesuai prosedur, memang kita harus musnahkan di sana, dan itu dalam proses," jelasnya.
Diketahui, Kasus kematian ternak babi di Sumut terjadi sejak 25 September 2019. Bermula dari Dairi, kemudian menyebar ke berbagai daerah. Sebagian peternak membuang bangkai-bangkai babi yang mati itu secara sembarangan, termasuk ke sungai sehingga menimbulkan persoalan lingkungan, terutama di Deli Serdang dan Kota Medan.
Terkait ini, Pemprov Sumatera Utara (Sumut) menyiapkan dana Rp 5 miliar untuk menangani wabah hog cholera yang membuat ribuan babi mati. Dana itu digunakan untuk mencegah wabah meluas.
"Sementara Rp 5 miliar, untuk babi. Belum kalau pemusnahan. Anda bayangin, babi di Sumatera Utara hampir mencapai 2 juta, kalau itu kali Rp 3 juta aja per satu ekor babi sudah berapa itu jumlahnya," ujar Edy di Medan, Kamis (19/12).
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini